Kamis, 11 Januari 2018

Critical Appraisal dengan CASP tentang Exercise Intradialysis pada pasien Hemodialysis

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Penyakit kronis merupakan tantangan yang ada dalam sistem kesehatan di seluruh dunia. Penyakit gagal ginjal kronis adalah gangguan progresif dan ireversibel dalam fungsi ginjal di mana kemampuan untuk meyeimbangkan cairan dan elektrolit dan hilangnya kemampuan ekskresi sisa metabolisme (Barzegar, Moosazadeh, Jafari, & Esmaeili, 2016). Di seluruh dunia lebih 50 juta orang terkena gagal ginjal, lebih 1 juta orang melakukan terapi pengganti ginjal seperi transplantasi ginjal dan dialysis. Dari survey PERNEFRI tahun 2012 terdapat 16.040 pasien gagal ginjal, meningkat pada tahun 2015 menjadi 51.604 pasien. Pengobatan yang paling umum pada pasien gagal ginjal kronis adalah hemodialisis. Provinsi DIY terdapat 1.293 orang mengalami tindakan HD rutin dan 34 HD akut setiap bulan (PERNEFRI (Perkumpulan Nefrologi Indonesia), 2015).
Tujuan terapi hemodialysis adalah untuk menghilangkan kelebihan material dan menstabilkan sistem serta menghilangkan racun yang menyebabkan cedera permanen bahkan komplikasi. Sekarang ini terdapat beberapa metode pengobatan yakni dengan menggunakan mesin hemodialisa, dialysis peritoneal, CRRT dan dialysis dengan teknik khusus (hybrid dialysis) SLED, EDD, dsb. Di Indonesia dalam  penanganan pasien gagal ginjal dilakukan dengan cara  melakukan terapi hemodialysis 78%, transplantasi ginjal 16%, continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD) 6%, serta continuous renal replacement therapy (CRRT) 3% (Indonesian renal Registry, 2012). Begitu banyak pasien menggunakan terapi mesin hemodialysis sebagai pilihan pengobatan.
Standart tindakan pengobatan haruslah meningkatkan kualitas hidup pasien dengan perhitungan hasil yang nyata. Hasil adekuasi hemodialysis dapat diukur dengan perhitungan nilai Kt/V dan nilai URR, hasil nilai Kt/v harus mencapai target minimal 1.2 dan nilai target URR minimal 65% (National Kidney Foundation, 2015). Fenomena yang terjadi adalah menigkatkan optimalisasi terapi hemodialysis yang masih kurang padahal adekuasi hemodialysis merupakan faktor penting untuk menigkatkan kualitas hidup pasien. Dalam penelitain Armezya, Nasrul, dan Bahar (2014) didapatkan data bahwa 38% pasien mengalami tindakan hemodialysis tidak adekuat. Hal tersebut juga didukung penelitian Catur (2014) bahwa pasien gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialsis selama 3 bulan dilakuan terapi hemodialysis tidak mengalami perubahan hasil adekuasi yang signifikan. Hasil serupa ditemukan oleh Mohseni et al. (2013) bahwa pasien yang dilakukan terapi hemodialysis nilai Kt/v  0,9 dan URR masih dibawah target minimal.
Fenomena yang terjadi disalah satu rumah sakit di Jogjakarta untuk mendapatkan efektivitas terapi hemodialysis adalah dengan meningkatkan QB (quick blood), ultrafiltrasi karena dengan banyaknya darah yang dialirkan kedalam mesin dialyzer maka bersihan darah meningkat. Tetapi perlu diketahui dengan mengunakan tindakan tersebut banyak pasien yang mengalami keadaan mual muntah, terjadi kram otot bahkan menyebabkan hipotensi. Selain itu faktor perilaku pasien hemodialysis juga merupakan penyebab tidak efektifitasnya terapi, seperti pasien yang tidak taat pada pembatasan cairan yang sudah direkomdasikan, tidak taatnya diet, dan faktor kerusakan fisiologis tubuh.
Untuk dapat meningkatkan nilai adekuasi dialysis dapat dilakukan exercise dialysis, terapi ini terbukti memiliki manfaat potensial pada hasil kardiovaskular, adekuasi dialysis, fungsi fisik, kualitas hidup terkait kesehatan dan hs-CRP (Groussard et al., 2015). Terdapat alternative exercise dialysis yang dapat diaplikasikan pasien gagal ginjal kronis seperti saat dirumah sakit (hemodialysis), pada hari-hari saat tidak dialysis dan saat di rumah. Tetapi ada keuntungan jika latihan dialysis dilakukan dirumah sakit seperti tidak melibatkan waktu ekstra, pasien di bawah pengawasan dokter dan mesin, komplikasi dapat dideteksi dan diobati di tempat, olahraga intradialytic dapat meningkatkan zat terlarut, exercise dialysis dapat meningkatkan aliran darah ke otot, dan agen beracun yang lebih besar dapat dihapus oleh dialyzer (Sheng et al., 2014).
Pada saat ini pelaksanaan aplikasi exercise dialysis belum mencapai kesepakatan yang jelas karena masih sedikitnya literature penelitian yang mendukung, oleh karena itu tindakan ini belum diterapkan sebagai tindakan rutin pada pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialysis (Sheng et al., 2014). Selain itu exercise merupakan kegiatan yang dapat menyebabkan kelelahan pasien sehingga akan mengakibatkan konsumsi cairan berlebih padahal pasien hemodialysis harus diet cairan. Dengan masalah tersebut tenaga kesehatan khususnya perawat dituntut untuk mengembangkan terapi komplementer yang meminimalkan efek samping.
Disamping itu sebagai perawat yang beragama muslim, meyakinkan dan memberikan memotivasi secara spritual (agama) kepada pasien untuk meningkatkan kualitas hidupnya adalah salah tugasnya. Karena spiritual dapat meningkatkan motivasi sehingga pasien lebih lapang dada dan berusaha maksimal untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Dari Jabir bin ‘Abdullah adhiyallahu ‘anhu, hadits Rasulullah, bahwasannya beliau bersabda,
لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءُ، فَإِذَا أُصِيْبَ دَوَاءُ الدَّاءِ بَرَأَ بِإِذْنِ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ
“Setiap penyakit ada obatnya. Apabila obat itu tepat untuk suatu penyakit, penyakit itu akan sembuh dengan seizin Allah ‘Azza wa Jalla.” Tidaklah Allah menciptakan suatu penyakit kecuali Dia juga menciptakan penawarnya. Hal ini sebagaimana yang disabdakan Rasulullah
مَا أَنْزَلَ اللهُ دَاءً إِلَّا أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً
Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Dia juga menurunkan penawarnya.” (HR Bukhari).

B.     Rumusan Masalah
Masalah pada kasus ini dibatasi pada menyusun rancangan exercise dialysis pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialysis.
C.    Tujuan
1.      Tujuan Umum
Menyusunan rancangan implementasi EBN (Evidence Based Nursing) dalam critical aprasial
2.      Tujuan Khusus
a.       Melakukan critical appraisal jurnal tipe RCT dengan exercise dialysis
b.      Melakukan critical appraisal jurnal tipe Sistematik review dengan exercise dialysis
c.       Melakukan critical appraisal jurnal tipe Qualitative dengan exercise dialysis
d.      Menyusun rancangan implementasi EBN exercise dialysis pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialysis.

D.    Manfaat
Adapun manfaat dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
1.      Manfaat Teoritis
Secara teoritis penulisan ini masuk dalam bidang keperawatan medikal bedah peminatan hemodialilsa. Penulisan ini berguna sebagai referensi terkait hemodialisa, Khususnya tentang exercise intradialisis dalam pembelajaran.
 2.      Manfaat Praktisi
a.       Bagi penulis
Sebagai sarana untuk mengembangkan pengetahuan dan wawasan serta pola pikir tentang penerapan exercise dialysis pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialysis.
b.      Bagi institusi pendidikan
Diharapkan dapat memberikan umpan balik keberhasilan proses pembelajaran khususnya dalam penerapan exercise dialysis pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialysis.

c.       Bagi penulis selanjutnya
Penulisan ini bermanfaat dalam memberikan solusi untuk pemecahan suatu masalah yang di dukung dengan teori sehingga dapat memberikan pola fikir yang terstruktur dalam memecahkan suatu permasalahan serta dapat menambah khasanah akademik sehingga berguna untuk pengembangan ilmu keperawatan dengan menggunakan inti keilmuan, khususnya di bidang keperawatan medikal bedah.

BAB II
CRITICAL APPRAISAL

Critical appraisal merupakan bagian dari kedokteran berbasis bukti (evidence-based medicine) diartikan sebagai suatu proses evaluasi secara cermat dan sistematis suatu artikel penelitian untuk menentukan reabilitas, validitas, dan kegunaannya dalam praktik klinis. Komponen utama yang dinilai dalam critical appraisal adalah validity, importancy, dan applicability. Tingkat kepercayaan hasil suatu penelitian sangat bergantung dari disain penelitian dimana uji klinis menempati urutan tertinggi. Telaah kritis meliputi semua komponen dari suatu penelitian dimulai dari komponen pendahuluan, metodologi, hasil dan diskusi. Masing-masing komponen memiliki kepentingan yang sama besarnya dalam menentukan apakah hasil penelitian tersebut layak atau tidak digunakan sebagai referensi (Abdullah & Firmansyah, 2012).
Salah satu jenis panduan melakukan critical appraisal adalah mengunakan format CASP yang terdiri 10 pertanyaan. Dalam analisis topik exercise dialysis pada pasien gagal ginjal kami melakukan critical appraisal pada 3 jurnal dengan metode Randomised Controlled Trial (RCT), Systematic Review, Qualitative Research karena ingin melihat efek exercise dari sudut pandang penelitian yang berbeda sehingga dapat dijadikan pertimbangan untuk mengaplikasikan exercise dialysis pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialysis.

A.    Critical Appraisal Skills Programme (CASP) Randomised Controlled Trial (RCT)Beneficial Effects Of An Intradialytic Cycling Training Program In Patients With End-Stage Kidney Disease
1.      Are the results of the trial valid?
a.       Did the trial address a clearly                         √  Yes   Can’t tell   No
focused issue?
HINT: An issue can be ‘focused’ In terms of
·      The population studied
populasi dalam penelitian ini sebanyak 20 pasien denga ESKD, 5 perempuan, 15 laki-laki.
·      The intervention given
dalam kelompok perlakuan menjalini 3 bulan intradialytic program yang terdiri dari latiahan aerobic bersepeda 3 hari / minggu. Bersepeda dilakukan dalam posisi duduk selama 2 jam pertama dialisis. Selama sesi latian pertama, subject bersepeda selama 5 menit pada minggu pertama kemudian 10 menit pada minggu ke dua serta 30 menit setelah minggu ke dua.
·      The comparator given
-
·      The outcomes considered
Diharapkan latihan bersepeda aerobik intradialytic, dapat meningkatkan kebugaran fisik, bisa mengurangi OS dan meningkatkan gangguan yang berhubungan dengan CKD lainnya seperti komposisi tubuh diubah dan lipid profile
b.      Was the assignment of patients          √  Yes   Can’t tell   No
to treatments randomised?
HINT: Consider
·      How was this carried out?
subyek yang memenuhi syarat secara acak dibagi menjadi 2 kelompok. Sepuluh pasien berpartisipasi dalam studi pelatihan olahraga intradialytic (kelompok EX). Sebuah kelompok pembanding, ditunjuk sebagai pasien non-berolahraga (kelompok CON), terdiri dari 10 orang yang tidak menerima pelatihan olahraga intradialytic
·      Was the allocation sequence concealed from researchers and patients?
-

c.       Were all of the patients who entered   Yes   Can’t tell  √ No
the trial properly accounted for at its
conclusion?
HINT: Consider
·      Was the trial stopped early?
2 pasien mundur dari kelompok EX, yang pertama pindah keluar daerah dan yang kedua menjalani transplantasi ginjal.
·      Were patients analysed in the groups to which they were randomised?
Analisis kelompok menggunakan kriteria inklusi yaitu; (i) usia = 20-85 tahun, (ii) dialisis selama minimal 2 tahun, (iii) persetujuan dari ahli jantung pasien, (iv) tidak ada masalah ortopedi yang mencegah bersepeda selama dialisis, dan (v) tidak ada partisipasi dalam penelitian lain.
Is it worth continuing?
d.      Were patients, health workers and       Yes   Can’t tell  √ No
study personnel ‘blind’ to treatment?
HINT: Think about
·      Patients?
Peserta tidak mungkin buta dengan peneliti untuk penilaian kelompok.
·      Health workers?
Selama pemeriksaan klinis, berat badan, tinggi badan, dan indek masa tubuh. Ditentukan untuk setiap subjek. Menilai kebugaran fisik menggunakan tes latihan cardiopulmonary, pengaturan diet, pengumpulan sampel darah sebelum di analisis, pengukuran parameter biokimia sebelum dan sesudah latihan.
 ·      Study personnel?
Peneliti melakukan protokol eksperimental sepeti uji klinis dan pengukuran, rencana latihan olah raga, penilaian gizi, persiapan sampel darah dan analisis, parameter biokimia, lipid profil, dan pro / status antioksidan.
e.       Were the groups similar                       Yes  √ Can’t tell   No
at the start of the trial?
HINT: Look at
·      Other factors that might affect the outcome such as age, sex, social class
f.       Aside from the experimental              √  Yes   Can’t tell   No
intervention, were the groups
treated equally?
Karena, semua pasien mejalani pemeriksaan klinis (antropometri dan pengukuran komposisi tubuh), dan selama pemeriksaan klinis seperti berat badan, tinggi badan, dan index massa tubuh, serta pengukuran kebugaran fisik melalui tes latihan cardiopulmonary.
2.      What are the results?
g.      How large was the treatment effect?
HINT: Consider
·      What outcomes were measured?
menunjukkan bahwa program pelatihan bersepeda aerobik intradialytic memiliki manfaat efek resmi pada kebugaran fisik.

·      Is the primary outcome clearly specified?
Ya, karena program percontohan kami menunjukkan bahwa program pelatihan bersepeda aerobik intradialytic memiliki manfaat efek resmi pada kebugaran fisik (dengan meningkatkan jarak berjalan selama 6MWT) dan lipid profile (dengan menurunkan plasma TG) dan mencegah peningkatan OS basal (tanpa memperparah F2-IsoP, yang yang paling dapat diandalkan dan spesifik penanda peroksidasi lipid).
·      What results were found for each outcome?
Analisis catatan makanan menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam asupan gizi antara 2 kelompok, Lipid profiles tidak ada perbeda antara kelompok CON dan EX, Tidak ada perbedaan yang muncul diantara 2 kelompok pro / antioksidan status.
h.      How precise was the estimate of the treatment effect?
HINT: Consider
·      What are the confidence limits?
Menggunakan uji post hoc Tukey. Perbedaan dianggap signifikan statistik pada p < 0.05.
       Penilaian kebugaran fisik; kelompok EX ( p < 0,001) tetapi tidak berubah pada kelompok CON (376 ± 20 dan 406 ± 18 di T0 vs 406 ± 29 dan 500 ± 30 di T3 untuk CON dan EX, masing-masing).
       Lipid profile; Program pelatihan 3 bulan menunjukkan manfaat efek resmi pada plasma tingkat TG pada kelompok EX (-23% pada T3 dibandingkan dengan T0; 1,90 ± 0,43 vs 1,46 ± 0,33 g / L; p < 0,03).
       Pro/antioxidant status; kelompok EX dipamerkan nilai F2-IsoP secara signifikan lebih rendah pada T3 dibandingkan dengan kelompok CON ( p = 0,02).
3.      Will the results help locally?
i.        Can the results be applied in your       √  Yes  Can’t tell   No
context? (or to the local population?)
HINT: Consider whether
·      Do you think that the patients covered by the trial are similar enough to the patients to whom you will apply this?, if not how to they differ?
Karena, pelatihan aerobik bersepeda Intradialytic merupakan strategi yang berguna dan mudah untuk mengurangi gangguan terkait CKD. Tetapi, Hasil ini harus dikomfirmasi dengan peneliti lain ,enggunakan penelitian secara acak yang lebih besar.
j.        Were all clinically important               √  Yes  Can’t tell   No
outcomes considered?
HINT: Consider
·      Is there other information you would like to have seen?
Pada saat kita melakukan penelitian meski ada manfaatnya untuk masyarakat, khusus pada latihan olahraga erobic bersepeda yang dapat memberikan kebugaran fisik dan mudah dilakukan dirumah.
·      If not, does this affect the decision?
k.      Are the benefits worth the harms       √  Yes  Can’t tell   No
and costs?
HINT: Consider
·      Even if this is not addressed by the trial, what do you think?
sebelum kita Sebelum melakukan penelitian tentunya kita akan berfikir mengenai keseimbangan biaya yang di keluarkan peneliti maupun pasien supaya tidak merugikan peneliti maupun pasien. supaya Biaya yang di keluarkan pun tidak banyak, tatapi hasil dan manfaat dari penelitian dapat diterapkan oleh pasien dan masyarakat. Sehingga pasien tidak merasa dirugikan dari hasil penelitian tersebut.

B.     Critical Appraisal Skills Programme (CASP) Systematic Review Intradialytic Exercise In Hemodialysis Patients: A Systematic Review And Meta-Analysis
1.      Screening Questions
a.       Did the review address a clearly         √  Yes  Can’t tell   No
focused question?
HINT: An issue can be ‘focused’ In terms of

       The population studied?
Pasien yang menjalani hemodialisis
       The intervention given?
Pengamatan dengan nilai Kt/V dan komsumsi oksigen (VO2peak)
       The outcome considered?
Exercise intradialisis dapat meningkatkan aliran darah pada sistem otot sehingga zat toksik masuk ke sistem pembuluh darah dan dapat dibersihkan dengan dialyzer saat terapi hemodialisis
b.      Did the authors look for the               √  Yes  Can’t tell   No
right type of papers?
HINT: ‘The best sort of studies’ would
      Address the review’s question?
Sitasi dalam jurnal mendukung pada hasil penelitian
 Have an appropriate study design (usually RCTs for papers evaluating interventions)?
Dalam penelitian ini menggunakan RCT karena jurnalnya ini jenis experimental. Untuk studi yang dianalisis harus memenihi criteria seperti penelitian RCT pelatihan intradialisis, pembandingan dengan kelompok intervensi dan kontrol, dengan metode random dan crossover dan setidaknya melaporkan hasil primer maupun sekunder.
Is It worth continuing?
2.      Detailed Questions
c.       Do you think all the important,           √  Yes  Can’t tell   No
relevant studies were included?
HINT: Look for
       Which bibliographic databases were used
Medline, Embase, Cochrane dan sumber lain
       Follow up from reference lists
American Journal of Nephrology 2014;40:478-490 
       Personal contact with experts
Pada penilitian ini peneliti menghubungi penulis dan meminta data yang hilang dan mengklarifikasi apakah masih punya data duplikat, apakah hilang atau bisa diberikan.
       Search for unpublished as well as published studies
Dalam penelitian ini menggunakan studi jurnal penelitian , tidak terdapat dukungan dari website pemerintah maupun laporan thesis
       Search for non-English language studies
Dalam penititian ini tidak menggunakan bahasa selain inggris
d.      Did the review’s authors do enough   √  Yes  Can’t tell   No
to assess of the included studies?
HINT: The authors need to consider the rigour of the studies they have identified. Lack of rigour may affect the studies’ results. (“All that glisters is not gold” Merchant of Venice – Act II Scene 7)
Dalam penelitian ini dua penulis (KXS dan LLC) mengambil data secara independen untuk karakteristik populasi, intervensi dan resiko bias, dan jika tidak terjadi kesepakatan kedua peneliti melakukan  pembahasan dari segi hasil dengan karakteristik RCT seperti penulis pertama: tahun publikasi dan negara, intervensi, durasi percobaan, karakteristik peserta dan hasil temuan.
Pengujian kualitas yang dilakukan menggunakan Physiotherapy Evidence Database (PEDro) dengan maksimum nilai 10 ulasan pada RCT, ulasannya sebagai berikut: alokasi acak, alokasi tersembunyi, dasar kesamaan, subjek yang tertutup, terapis yang tertutup, penilai yang membutakan, tindak lanjut yang kontinyu, analisis untuk melihat terapi, antara perbandingan kelompok, titik tindakan dan variabilitas.
e.       If the results of the review have been √  Yes  Can’t tell   No
combined, was it reasonable to do so?
HINT: Consider whether
       The results were similar from study to study
Pencarian studi menggunakan Medline 1288, Embase 210, Cochrane 205 dan sumber lain 5. Kemudian disaring dengan kriteria inkusi sehingga didapatkan 24 studi. Setelah itu dilakukan uji kualitas studi dengan skala PEDro.
       The results of all the included studies are clearly displayed
Pada penelitian ini juga menggunakan pengujian heterogenitas dalam pengolahan data serta menampilkan risk rasio pada setiap hasil primer maupun sekunder. Namun penelitian ini tidak menampilkan ORR.
       The results of the different studies are similar
Hasil pada penelitian ini semua studi mendukung dengan hasil yang ditemukan
       The reasons for any variations in results are discussed
Pada penelitian ini juga membahas hasil sekunder seperti perubahan tekanan darah, albumin, hemoglobin, perbaikan dengan proses 6- MWD (jarak berjalan selama 6 menit) test, Perubahan duduk untuk berdiri 60s test (STS-60)
3.      What are the results?
f.       What are the overall results                 √  Yes  Can’t tell   No
of the review?
HINT: Consider
       If you are clear about the review’s ‘bottom line’ results
Senam intradialytic dapat meningkatkan Kt/V, VO2peak dan kualitas fisik kehidupan, dan olahraga intradialytic aman untuk pasien hemodialysis.
       What these are (numerically if appropriate)
Hasil penelitian ditunjukkan dengan nilai Pvalue dan dengan hasil uji homogenitas untuk menentukan analisis.
       How were the results expressed (NNT, odds ratio etc)
Hasil pada penelitian juga menampilkan CI (tingkat keyakinan) dan SD (standart deviasi) tetapi tidak menampilkan odds ratio.
g.      How precise are the results?               √  Yes  Can’t tell   No
HINT: Look at the confidence intervals, if given
       Efek pada Kt/V
Bahwa latihan intradialytic memiliki khasiat dialisis yang lebihtinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol, signifikan secara statistik (p = 0,04)
       Efek pada Vo2peak
Ketika durasi percobaan lebih dari 6 bulan, signifikan (p <0,001) Namun, ketika durasi percobaan kurang dari 6 bulan, perubahan tidak signifikan (p = 0,24)
       Efek pada Kualitas Kesehatan-Terkait Kehidupan
Penelitian meta-analisis menunjukkan bahwa latihan intradialisis memiliki efek yang signifikan pada fungsi fisik kehidupan, tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan dalam fungsi mental.
       Adverse Event
Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok latihan intradialytic dan kelompok kontrol sehubungan dengan muskuloskeletal dan komplikasi cardiovascular (p = 0,11)
       Hasil sekunder
Hasil dikumpulkan menunjukkan perbaikan yang signifikan dalam 6-MWD (jarak berjalan selama 6 menit) test (p <0,001). Perubahan duduk untuk berdiri 60s test (STS-60) hasil signifikansi (p <0,001). Perubahan baik dalam tekanan darah sistolik dan diastolic (p = 0,02). Perubahan tingkat hemoglobin dengan hasil tidak segnifikan (p=0,66). Perubahan tingkat albumin darah Hasil dikumpulkan menunjukkan bahwa kelompok olahraga intradialisis memiliki tingkat albumin lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol (p = 0,006)
       Analisis sensitive
Semua hasil analisis diperiksa oleh analisis sensitifitas menggunakan model random-efek atau model efek fixed untuk kembali melakukan analisis, dan kesimpulan statistik tidak menunjukkan perubahan.

4.      Will the results help locally?
h.      Can the results be applied                   √  Yes  Can’t tell   No
to the local population?
HINT: Consider whether
       The patients covered by the review could be sufficiently different to your population to cause concern
Pada penelitian ini dapat diterapkan pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisis yang tidak mengalami komplikasi.
       Your local setting is likely to differ much from that of the review
Pelatihan yang ditetiti mencakup latihan aerobic, pelatihan aerobic, latihan daya tahan, pelatihan daya tahan, latihan kekuatan, latihan anaerobic dan latihan fisik.
i.        Were all important outcomes              √  Yes  Can’t tell   No
considered?
HINT: Consider whether
       Is there other information you would like to have seen
Penelitian ini sudah menjelaskan hasil diantaranya menjelaskan hasil primer dan sekunder, dan informasi sudah sesuai dengan pembaca.
j.        Are the benefits worth the harms       √  Yes  Can’t tell   No
and costs?
HINT: Consider
       Even if this is not addressed by the review, what do you think?
Exercise dialysis merupakan pilihan yang praktis dan menjanjikan untuk pasien hemodialisis karena dapat meningkatkan nilai adekuasi dialysis dan merupakan terapi yang aman dengan meminimalkan efek samping. Tetapi perlu dipertimbangkan demi keselamatan pasien, sangat menyarankan bahwa penilaian dari pasien harus dilakukan pertama. Dokter menilai apakah pasien cocok untuk latihan, mengandalkan riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, tes elektrokardiografi, dan pemeriksaan laboratorium. Jika cocok, dokter dapat merancang program tepat pra jelaskan latihan progresif, termasuk 5-10 menit periode pemanasan pelatihan. Intensitas latihan harus diresepkan atas dasar individu.
5.      Penilaian Alat
Tiga isu yang luas perlu dipertimbangkan ketika menilai sebuah studi review sistematis:
1.        Bagian A (1-5)            Valid
2.        Bagian B (6-7)             Hasilnya bisa diukur
3.        Bagian C (8-9)             Bisa diterapkan pada penelitian

C.    Critical Appraisal Skills Programme (CASP) Qualitative Research Patient And Staff Perceptions Of Intradialytic Exercise Before And After Implementation: A Qualitative Study”
1.      Screening Questions
a.       Was there a clear statement                √  Yes  Can’t tell   No
of the aims of the research?
HINT: Consider
·       What was the goal of the research?
Penelitian ini bertujuan untuk memandu pemahaman tentang hambatan dan fasilitator untuk awal dan partisipasi IDE yang sedang berlangsung dan untuk memahami bagaimana ini berpengaruh pada setiap tahap.
·       Why it was thought important?
Karena, untuk menghasilkan pengetahuan yang berguna untuk penyelesaian masalah, dalam hal ini memberikan informasi yang dapat digunakan untuk melaksanakan dan mempertahankan intervensi IDE, serta adanya peningkatan dalam kesehatan untuk mengurangi beban penyakit kronis melalui intervensi gaya hidup termasuk olahraga.
·       Its relevance
Kelompok difasilitasi oleh para peneliti tidak terlibat dalam perawatan pasien rutin (HMLY, NH, ACS)
b.      Is a qualitative methodology              √  Yes  Can’t tell   No
appropriate?
HINT: Consider
·       If the research seeks to interpret or illuminate the actions and/or subjective experiences of research participants
Ada dua pasien, yang pertama tidak bisa bahasa Inggris, melakukan tatap muka wawancara dengan semi-terstruktur. Peserta tersebut diwawancarai dalam bahasa pertama mereka oleh penerjemah bahasa profesional dengan pengalaman penelitian kesehatan. penerjemah diberikan dengan pengetahuan kontekstual tertentu sebelum wawancara.
·       Is qualitative research the right methodology for addressing the research goal?
Menggunakan metodologi kualitatif dengan pendekatan pragmatis dengan pengambilan sampel purposive, non-probability sampling digunakan untuk memilih peserta yang bisa memberikan beragam perspektif. Mengikuti prinsip yang ditetapkan, pengambilan sampel berlanjut sampai saturasi

2.      is it worth continuing?
c.       Was the research design appropriate   √  Yes  Can’t tell   No
to address the aims of the research?
HINT: Consider
·       If the researcher has justified the research design (E.g. have they discussed how they decided which method to use)?
Metodologi kualitatif dengan pendekatan pragmatis
d.      Was the recruitment strategy              √  Yes  Can’t tell   No
appropriate to the aims of the
research?
HINT: Consider.
·       If the researcher has explained how the participants were selected
Peserta di ambil dari unit rawat jalan hemodialisis berbasis rumah sakit NHS yang memiliki 30 stasiun dialisis dan memperlakukan 170 pasien, dan unit rawat jalan satelit run Fresenius dengan 19 stasiun, mengobati 114 pasien. 
·       If they explained why the participants they selected were the most appropriate to provide access to the type of knowledge sought by the study
Semua staf berhubungan dengan pasien rutin yang memenuhi syarat inklusi dan didekati secara pribadi oleh perawat yang bertugas.
·       If there are any discussions around recruitment (e.g. why some people chose not to take part)
e.       Was the data collected in a way         √  Yes  Can’t tell   No
that addressed the research issue?
HINT: Consider.
·       If the setting for data collection was justified
tatap muka wawancara semi-terstruktur dilakukan
·       If it is clear how data were collected (e.g. focus group, semi-structured interview etc.)
Ada dua pasien, yang pertama tidak bisa bahasa Inggris, melakukan tatap muka wawancara dengan semi-terstruktur. Peserta tersebut diwawancarai dalam bahasa pertama mereka oleh penerjemah bahasa profesional dengan pengalaman penelitian kesehatan. penerjemah diberikan dengan pengetahuan kontekstual tertentu sebelum wawancara. Pasien dan staf fokus kelompok dilakukan secara terpisah, dengan kelompok-kelompok staf lanjut dibagi dengan kelas untuk memungkinkan kebebasan berekspresi dan perbandingan data.
·       If the researcher has justified the methods chosen
Metodologi kualitatif dengan pendekatan pragmatis
·       If the researcher has made the methods explicit (e.g. for interview method, is there an indication of how interviews were conducted, or did they use a topic guide)?
panduan topik untuk kelompok fokus dan wawancara semi-terstruktur dikembangkan menggunakan literatur yang ada dan bantuan dari pasien dan keterlibatan publik kelompok, yang menyarankan petunjuknya pertanyaan dan memberikan pandangan tentang metode pengumpulan data.
·       If methods were modified during the study. If so, has the researcher explained how and why?
·       Dalam panelitian ini tidak nampak metode dimodifikasi selama penelitian berlangsung
Peneliti menjelaskan bagaimana data dikumpulkan Tahap satu dilakukan sebelum pelaksanaan program IDE. Kelompok fokus dipromosikan diskusi dan mengeksplorasi bagaimana pasien dan staf dirasakan IDE. Kelompok fokus difasilitasi oleh para peneliti tidak terlibat dalam perawatan pasien rutin (HMLY, NH, ACS)
·       If the form of data is clear (e.g. tape recordings, video material, notes etc)
Semua data direkam audio, profesional ditranskrip verbatim dan diterjemahkan sebelum analisis jika diperlukan.catatan lapangan juga tunduk pada analisis.
·       If the researcher has discussed saturation of data
Kedua peneliti kemudian mendiskusikan temuan dan menciptakan grafik tematik yang dikelompokkan dan disempurnakan hambatan dan fasilitator dan hubungan diidentifikasi antara kedua kelompok peserta dan fase penelitian.
f.       Has the relationship between              √  Yes  Can’t tell   No
researcher and participants
been adequately considered?
HINT: Consider
·       If the researcher critically examined their own role, potential bias and influence during Formulation of the research questions Data collection, including sample recruitment and choice of location
       panduan topik untuk kelompok fokus dan wawancara semi-terstruktur dikembangkan menggunakan literatur yang ada dan bantuan dari pasien dan keterlibatan publik kelompok, yang menyarankan petunjuknya pertanyaan dan memberikan pandangan tentang metode pengumpulan data.
       Peserta direkrut dari unit rawat jalan hemodialisis berbasis rumah sakit NHS yang memiliki 30 stasiun dialisis dan memperlakukan 170 pasien, dan unit rawat jalan satelit run Fresenius dengan 19 stasiun, mengobati 114 pasien.
·       How the researcher responded to events during the study and whether they considered the implications of any changes in the research design
Implikasi dari setiap perubahan dalam desain penelitian yang dilakukan yaitu pasien ' ketakutan dan kecemasan. Pasien awalnya yakin konsekuensi berpartisipasi dalam IDE yang digambarkan sebagai “ akan ke yang tidak diketahui ”( Pra-implementasi kelompok fokus).
g.      Have ethical issues been taken             Yes   Can’t tell  √  No
into consideration?
HINT: Consider
·       If there are sufficient details of how the research was explained to participants for the reader to assess whether ethical standards were maintained
Dalam jurnal ini tidak terdapat isu etik keperawatan.
·       If the researcher has discussed issues raised by the study (e.g. issues around informed consent or confidentiality or how they have handled the effects of the study on the participants during and after the study)
Tidak terdapat informed consent sebelum pelaksanaan tindakan.
·       If approval has been sought from the ethics committee tidak ada persetujuan ataupun upaya dari segi etik.
h.      Was the data analysis sufficiently      √  Yes  Can’t tell   No
rigorous?
HINT: Consider
·      If there is an in-depth description of the analysis process
Dua peneliti (HMLY, ALC) menganalisis data menggunakan pendekatan kerangka kerja. ALC adalah seorang psikolog penelitian dan instruktur olahraga yang terdaftar dengan pengalaman ginja
·      If thematic analysis is used. If so, is it clear how the categories/themes were derived from the data?
kerangka coding deskriptif dikembangkan yang kemudian secara sistematis diterapkan pada data dengan HMLY (kelompok fokus) dan ALC (wawancara) software NVivo (NVivo v9, QSR International, Doncaster, Australia) digunakan untuk memfasilitasi data coding.
·      Whether the researcher explains how the data presented were selected from the original sample to demonstrate the analysis process
kerangka awal ini difokuskan pada hambatan dan fasilitator untuk inisiasi dan pemeliharaan IDE di staf dan kelompok pasien secara terpisah. Setiap kode yang muncul yang tidak terjadi apriori tidak dipaksa untuk menyesuaikan kerangka coding tetapi ditambahkan tergantung pada apakah mereka penghalang atau fasilitator.
·      If sufficient data are presented to support the findings
Pada Tahap Satu, satu kelompok staf fokus terdiri senior yang perawat, dokter dan ahli diet (5, 56%), sementara yang lain terdiri dari perawat junior dan asisten kesehatan (4, 44%). Pada tahap kedua, hanya 4 pasien sebelumnya berpartisipasi dalam kelompok fokus.
·      To what extent contradictory data are taken into account
Pada Tahap Satu, satu kelompok staf fokus terdiri senior yang perawat, dokter dan ahli diet (5, 56%), sementara yang lain terdiri dari perawat junior dan asisten kesehatan (4, 44%). Pada tahap kedua, hanya 4 pasien sebelumnya berpartisipasi dalam kelompok fokus.
·      Whether the researcher critically examined their own role,  potential bias and influence during analysis and selection of data for presentation
Fasilitator diidentifikasi termasuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam kaitannya dengan IDE dan faktor-faktor yang ditingkatkan peserta ' keyakinan tentang kemampuan mereka. pelaksanaan pos, hambatan yang berkaitan dengan lingkungan dan sumber daya tetap, bersama dengan kesulitan lebih peran profesional dalam kaitannya dengan IDE. Fasilitator untuk mempertahankan IDE terkait dengan keyakinan positif tentang berpartisipasi dalam IDE dan pentingnya pengaruh sosial dan profesional untuk staf, terutama kerja sama tim dan kolaborasi.
i.        Is there a clear statement of                √  Yes  Can’t tell   No
findings?
HINT: Consider
·      If the findings are explicit
Terdapat temuan dalam penelitian ini yaitu HMLY(kelompok fokus) dan ALC (wawancara), dan software Nvivo.
·      If there is adequate discussion of the evidence both for and against the researchers arguments
Tidak ada pembahasan yang mencantumkan mengenai bukti yang melawan argumen peneliti. Jurnal ini tidak mencantumkan validitas responden dengan jelas .
·      If the researcher has discussed the credibility of their findings (e.g. triangulation, respondent validation, more than one analyst)
Kedua peneliti kemudian mendiskusikan temuan dan menciptakan grafik tematik yang dikelompokkan dan disempurnakan hambatan dan fasilitator dan hubungan diidentifikasi antara kedua kelompok peserta dan fase penelitian.
·      If the findings are discussed in relation to the original research question
Dalam jurnal ini tidak ada ataupun tidak di jelaskan tentang pertanyaan di awal penelitian.
j.        How valuable is the research?             √  Yes  Can’t tell   No
HINT: Consider
·      If the researcher discusses the contribution the study makes to existing knowledge or understanding e.g. do they consider the findings in relation to current
Menurut saya penilitian ini sudah baik , namun penelitian ini patut untuk di lanjutkan lagi untuk mencapai hasil yang maksimal.
·      practice or policy?, or relevant research-based literature? If they identify new areas where research is necessary
Didalam penelitian ini dicantumkan pasien dan anggota staf percaya bahwa  pemahaman yang lebih baik dari IDE akan memfasilitasi persiapan di awal.
·      If the researchers have discussed whether or how the findings can be transferred to other populations or considered other ways the research may be used
Peneliti menjelaskan bahwa studi kualitatif ini menyoroti konstruksi psikologis yang paling berpengaruh untuk melaksanakan dan mempertahankan program IDE dari perspektif dari kedua pasien HD dan staf. penelitian masa depan harus fokus pada pengembangan dan uji coba intervensi yang memanfaatkan teknik untuk implementasi dan perubahan perilaku yang terkait dengan konstruksi ini. Pekerjaan kami juga jelas menyoroti kebutuhan untuk sifat program IDE untuk didefinisikan dengan jelas, termasuk perilaku dan tugas-tugas yang berhubungan dengan pelaksanaan IDE, peran dan tanggung jawab profesional yang berbeda dan prasyarat untuk lingkungan di mana program ini adalah untuk diintegrasikan. bimbingan IDE khusus yang membahas persyaratan pelatihan, tingkat staf, peran dan campuran keterampilan dijamin untuk memenuhi persyaratan ini dan selanjutnya dapat meningkatkan pengakuan nasional tentang pentingnya IDE dan lebih baik memfasilitasi pelaksanaan luas dan termmaintenance panjang program tersebut.
 
BAB III
RANCANGAN PENERAPAN EVIDENCE BASED NURSING
Setelah melakukan critical appraisal terhadap 3 jurnal dengan topik ecxercise dialysis pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialysis, pembaca telah memahami tentang system atau pengaruh-pengaruh exercise dialiysis terhadap kesehatan pasien. Untuk melakukan exercise pada pasien hemodialysis perlu dipertimbangkan kapan waktu yang tepat karena kondisi pasien yang mudah lelah dan kondisi fisiologisnya yang sudah menurun dibandingkan dengan orang sehat lainnya. Kita ketahui bersama bahwa terapi hemodialysis mempunyai  target yang harus dicapai agar kesehatan pasien dan kualitas hidup pasien tetap baik. Exercise dialysis merupakan salah satu latihan yang dikhususkan pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialysis yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas terapi hemodialysis. Menurut Sheng et al. (2014) latihan ini memiliki manfaat seperti pada system kardiovaskuler, adekuasi dialysis, fungsi tubuh, dan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal.
Ada beberapa jenis latihan exercise seperti latihan aerobic (sepeda statis), latihan ketahanan (angkat beban) dan latihan fisik. Exercise dialysis dapat meningkatkan aliran darah pada sistem otot sehingga zat toksik di otot masuk ke sistem pembuluh darah sehingga darah kotor dapat dibersihkan dengan dialyzer saat terapi hemodialysis. Hasil studi tersebut juga menjelaskan bahwa exercise dialysis dapat meningkatkan Kt/V, VO2peak dan kualitas fisik kehidupan, dan olahraga intradialytic aman untuk pasien hemodialysis.
Latihan aerobic dengan sepeda statis merupakan salah satu exercise yang dapat dilakukan pada pasien gagal ginjal. Studi Groussard et al. (2015) secara khusus menjelaskan manfaat bahwa dengan exercise sepeda statis dapat meningkatkan  pada kebugaran fisik dan dan lipid profile serta mencegah peningkatan OS basal (oksidatif stress). Studi Sheng et al. (2014) merekomedasikan exercise dilakukan saat hemodialysis karena pasien dalam pengawasan dokter, tidak melibatkan extra waktu dan exercise dapat meningkatkan aliran darah ke otot sehingga zat toksik dapat mengalir ke pumbuluh darah yang akhirnya akan dibersihkan mesin melalui dialyzer.
Pentingnya latihan ini perlu diketahui oleh pasien, sehingga perlu adanya sosialisasi exercise dialysis kepada pasien. Studi qualitative oleh Young et al. (2015) meneliti tentang persepsi pasien dan staf terkait sebelum (tahap satu) dan sesudah (tahap dua) melakukan latihan exercise sepeda statis. Penelitian berfokus pada hambatan dan fasilitator saat melakukan exercise. Hasil tahap satu pasien merasa dengan melakukan exercise dialysis akan melukai mereka karena adanya jarum untuk aliran dialysis selain itu pasien juga merasa takut terhadap dampak exercise terhadap keselamatannya. Presepsi staf juga menjelaskan bahwa exercise akan menambah beban kerja mereka dan staf menilai bahwa exercise tidak menarik serta tidak cocok karena dapat menyebabkan kelelahan pada pasien.
Setelah melakukan exercise dialysis pasien yang menjalani hemodialysis mengalami perbaikan fungsional, fisiologis dan psikologis serta penggurangan gejala dengan hasil tersebut pasien merasa senang karena efektifitas latihan memberikan efek terhadap kualitas kesehatannya. Staf merasa termotivasi karena pasien mengalami perubahan positif sehingga dalam koordinasi dan rekomendasi pengaturan diet cairan pasien menjadi lebih baik. Mengenai masalah pasien merasa katakutan akan akibat exercise dialysis perlu adanya peningkatan pengetahuan baik pada perawat dan pasien, misalnya dengan peningkatan keterampilan hemodialysis pada perawat, untuk pasien dengan memberikan informasi dan memberikan kepercayaan bahwa exercise aman dilakukan (Young et al., 2015). Latihan exercise ini diberikan selama 2 jam pertama, dengan 5 menit pada minggu pertama kemudian 10 menit pada minggu kedua dan mencapai 30 menit setelah 2 minggu. Sebelum latihan pasien melakukan pemanasan dan pendinginan selama 5 menit (Groussard et al., 2015).
Berdasarkan temuan jurnal tersebut exercise dapat diaplikasikan pada pasien yang menjalani hemodialysis. Tetapi perlu dipertimbangkan demi keselamatan pasien dan menyarankan bahwa penilaian keadaan pasien harus dilakukan pertama kali. Dokter yang menilai apakah pasien cocok untuk latihan, dengan melihat riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, tes elektrokardiografi, dan pemeriksaan laboratorium. Jika cocok, dokter dapat merancang program tepat dengan menjelaskan latihan, termasuk 5-10 menit periode pemanasan pelatihan. Intensitas latihan harus diresepkan atas dasar individu karena terkait kondisi yang berbeda setiap individu (Sheng et al., 2014).
Penerapan dilahan dengan pengadaan sepeda statis bagi pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialysis perlu dikaji dari segi manfaat dan biaya yang dikeluarkan, karena sepeda statis tergolong harga yang mahal sekitar 4 jutaan. Seharusnya dengan adanya penemuan ini rumah sakit memfasilitasi dengan menganggarkan alat tersebut sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan pasien yang berakibat menigkatnya mutu rumah sakit. Studi dari Anggrianni (2017) menjelaskan bahwa kepuasan dan kualitas kesehatan pasien berdampak pada mutu pelayanan rumah sakit. Untuk pengadaan jumlah sepeda statis mungkin perlu dikaji lagi tergantung dari jumlah pasien hemodialysis, karena setiap pasien belum tentu diperbolehkan melakukan exercise terkait kondisinya dan efek yang nanti ditimbulkan. Hal tersebut juga harus ditunjang dengan sumber daya tenaga kesehatan yang terampil misalnya pelatihan hemodialysis dan pengetahuan tentang excerxise itu sendiri guna memaksimalkan exercise dan meminimalkan efek samping yang tidak diinginkan.
BAB  IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan jurnal tersebut dapat disimpulkan bahwa exercise dialysis merupakan terapi yang tepat dan mempunyai efek samping yang minimal dibandingkan dengan tindakan lainya. Sosialisasi yang tepat guna meyakinkan pasien bahwa terapi ini memiliki manfaat untuk meningkatkan kualitas hidup perlu dilakukan. Selain itu dalam pelaksaan exercise perlu dipertimbangkan latihan apa yang tepat bagi setiap individu karena pasien gagal ginjal memiliki keterbatasan fisik yang berbeda. Serta perlu adanya pengawasan terhadap pasien yang melakukan exercise agar dapat meminimalkan efek samping yang tidak diinginkan.

B.     Saran
1.      Unit Pelayanan Kesehatan
Dengan adanya temuan ini diharapkan dapat diaplikasikan di unit pelayanan untuk memaksimalkan terapi hemodialysis serta untuk tenaga kesehatan dapat meningkatkan keterampilan agar tujuan membantu pasien untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik dapat tercapai sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan.
2.      Institusi Pendidikan
Exercise merupakan latihan yang belum rutin dilakukan pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis, karena belum ada regulasi yang tepat sehingga masih perlu dilakukan studi penelitian yang mendalam hingga dapat dijadikan acuan di unit pelayanan.







                                                                    
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M., & Firmansyah, M. A. (2012). Critical appraisal on journal of clinical trials. Acta Medica Indonesiana, 44(4), 337–43. Retrieved from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23314977
Anggrianni, S. (2017). Evaluasi Kepuasan Pasien Rawat Inap Dan Rawat Jalan Terhadap Pelayanan Gizi Pasien Diet Diabetes Mellitus Di Rsu Pku Muhammadiyah Bantul Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Armezya, W., Nasrul, E., & Bahar, E. (2014). Pengaruh Hemodialisis terhadap Urea Reduction Ratio pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Stadium V di RSUP Dr . M . Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 5(2), 300–305.
Barzegar, H., Moosazadeh, M., Jafari, H., & Esmaeili, R. (2016). Evaluation of Dialysis Adequacy in Hemodialysis Patients: A Systematic Review, 13(4), 2744–2749.
Catur, S. T. (2014). Efektivitas Dosis Hemodialisis Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Di Rsu Dokter Soedarso Pontianak. Universitas Tanjungpura.
Groussard, C., Rouchon-Isnard, M., Coutard, C., Romain, F., Malardé, L., Lemoine-Morel, S., … Boisseau, N. (2015). Beneficial effects of an intradialytic cycling training program in patients with end-stage kidney disease. Applied Physiology, Nutrition, and Metabolism, 40(6), 550–556. https://doi.org/10.1139/apnm-2014-0357
Indonesian renal Registry. (2012). 5 th Report Of Indonesian Renal Registry 2012. Program Indonesia Renal Registry, 12–13. https://doi.org/10.2215/CJN.02370316
Mohseni, R., Emami Zeydi, A., Ilali, E., Adib-Hajbaghery, M., Makhlough, A., & Student, G. (2013). The Effect of Intradialytic Aerobic Exercise on Dialysis Efficacy in Hemodialysis Patients: A Randomized Controlled Trial Ehteramosadat Ilali Mohsen Adib-Hajbaghery. Oman Medical Specialty Board Oman Medical Journal, 28(5), 345–349. https://doi.org/10.5001/omj.2013.99
National Kidney Foundation. (2015). KDOQI Clinical Practice Guideline Hemodialysis Update Update of the KDOQI TM Clinical Practice Guideline for Hemodialysis Adequacy. National Kidney Foundation. Retrieved from https://www.kidney.org/sites/default/files/KDOQI-Clinical-Practice-Guideline-Hemodialysis-Update_Public-Review-Draft-FINAL_20150204.pdf
PERNEFRI (Perkumpulan Nefrologi Indonesia). (2015). 8th Report Of Indonesian Renal Registry, 1–45.
Sheng, K., Zhang, P., Chen, L., Cheng, J., Wu, C., & Chen, J. (2014). Intradialytic exercise in hemodialysis patients: A systematic review and meta-analysis. American Journal of Nephrology, 40(5), 478–490. https://doi.org/10.1159/000368722
Young, H. M. L., Hudson, N., Clarke, A. L., Dungey, M., Feehally, J., Burton, J. O., & Smith, A. C. (2015). Patient and staff perceptions of intradialytic exercise before and after implementation: A qualitative study. PLoS ONE, 10(6), 1–18. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0128995

Lampiran 1

Dokumentasi Latihan Exercise Sepeda Statis




















Pemberian Nutrisi Dan Hidrasi Pada Pasien Kritis

Dalam dunia kesehatan masalah pemberian nutrisi dan hidrasi pada pasien kritis masih menjadi dilema etik khususnya di Intensive Care Unit ...