BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Penyakit
kronis merupakan tantangan yang ada dalam sistem kesehatan di seluruh dunia.
Penyakit gagal ginjal kronis adalah gangguan progresif dan ireversibel dalam
fungsi ginjal di mana kemampuan untuk meyeimbangkan cairan dan elektrolit dan
hilangnya kemampuan ekskresi sisa metabolisme (Barzegar, Moosazadeh, Jafari, & Esmaeili, 2016).
Di seluruh dunia lebih 50 juta orang terkena gagal ginjal, lebih 1 juta orang
melakukan terapi pengganti ginjal seperi transplantasi ginjal dan dialysis.
Dari survey PERNEFRI tahun 2012 terdapat 16.040 pasien gagal ginjal, meningkat
pada tahun 2015 menjadi 51.604 pasien. Pengobatan yang paling umum pada pasien
gagal ginjal kronis adalah hemodialisis. Provinsi DIY terdapat 1.293 orang
mengalami tindakan HD rutin dan 34 HD akut setiap bulan (PERNEFRI (Perkumpulan Nefrologi Indonesia), 2015).
Tujuan
terapi hemodialysis adalah untuk menghilangkan kelebihan material dan
menstabilkan sistem serta menghilangkan racun yang menyebabkan cedera permanen
bahkan komplikasi. Sekarang ini terdapat beberapa metode pengobatan yakni
dengan menggunakan mesin hemodialisa, dialysis peritoneal, CRRT dan dialysis
dengan teknik khusus (hybrid dialysis)
SLED, EDD, dsb. Di Indonesia dalam
penanganan pasien gagal ginjal dilakukan dengan cara melakukan terapi hemodialysis 78%,
transplantasi ginjal 16%, continuous
ambulatory peritoneal dialysis (CAPD) 6%, serta continuous renal replacement therapy (CRRT) 3% (Indonesian renal Registry, 2012).
Begitu banyak pasien menggunakan terapi mesin hemodialysis sebagai pilihan
pengobatan.
Standart
tindakan pengobatan haruslah meningkatkan kualitas hidup pasien dengan
perhitungan hasil yang nyata. Hasil adekuasi hemodialysis dapat diukur dengan
perhitungan nilai Kt/V dan nilai URR, hasil nilai Kt/v harus mencapai
target minimal 1.2 dan nilai target URR minimal 65% (National Kidney Foundation, 2015).
Fenomena yang terjadi adalah menigkatkan optimalisasi terapi hemodialysis yang
masih kurang padahal adekuasi hemodialysis merupakan faktor penting untuk
menigkatkan kualitas hidup pasien. Dalam penelitain Armezya, Nasrul, dan Bahar (2014)
didapatkan data bahwa
38% pasien mengalami tindakan hemodialysis tidak adekuat. Hal tersebut juga
didukung penelitian Catur (2014)
bahwa pasien gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialsis selama 3 bulan dilakuan terapi hemodialysis tidak
mengalami perubahan hasil adekuasi yang signifikan. Hasil serupa ditemukan oleh
Mohseni et al. (2013)
bahwa pasien yang
dilakukan terapi hemodialysis nilai Kt/v 0,9 dan URR masih dibawah target minimal.
Fenomena
yang terjadi disalah satu
rumah sakit di Jogjakarta untuk mendapatkan
efektivitas terapi hemodialysis adalah dengan meningkatkan QB (quick blood), ultrafiltrasi karena dengan banyaknya darah yang dialirkan kedalam
mesin dialyzer maka bersihan darah
meningkat. Tetapi perlu diketahui dengan mengunakan tindakan tersebut banyak
pasien yang mengalami keadaan mual muntah, terjadi kram otot bahkan menyebabkan
hipotensi. Selain
itu faktor perilaku pasien hemodialysis juga merupakan penyebab tidak
efektifitasnya terapi, seperti pasien yang tidak taat pada pembatasan cairan
yang sudah direkomdasikan, tidak taatnya diet, dan faktor kerusakan fisiologis
tubuh.
Untuk
dapat meningkatkan nilai adekuasi dialysis dapat dilakukan exercise dialysis, terapi ini terbukti memiliki manfaat potensial
pada hasil kardiovaskular, adekuasi dialysis,
fungsi fisik, kualitas hidup terkait kesehatan dan hs-CRP (Groussard et al.,
2015).
Terdapat alternative exercise dialysis
yang dapat diaplikasikan pasien gagal ginjal kronis seperti saat dirumah sakit
(hemodialysis), pada hari-hari saat tidak dialysis dan saat di rumah. Tetapi
ada keuntungan jika latihan dialysis dilakukan dirumah sakit seperti tidak
melibatkan waktu ekstra, pasien di bawah pengawasan dokter dan mesin,
komplikasi dapat dideteksi dan diobati di tempat, olahraga intradialytic dapat
meningkatkan zat terlarut, exercise
dialysis dapat meningkatkan aliran darah ke otot, dan agen beracun yang
lebih besar dapat dihapus oleh dialyzer
(Sheng et al., 2014).
Pada saat ini pelaksanaan aplikasi exercise dialysis
belum mencapai kesepakatan yang jelas karena masih sedikitnya literature
penelitian yang mendukung, oleh karena itu tindakan ini belum diterapkan
sebagai tindakan rutin pada pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialysis (Sheng et al., 2014). Selain itu exercise merupakan kegiatan yang dapat
menyebabkan kelelahan pasien sehingga akan mengakibatkan konsumsi cairan
berlebih padahal pasien hemodialysis harus diet cairan. Dengan masalah tersebut
tenaga kesehatan khususnya perawat dituntut untuk mengembangkan terapi
komplementer yang meminimalkan efek samping.
Disamping itu sebagai
perawat yang beragama muslim, meyakinkan dan memberikan memotivasi secara spritual (agama) kepada pasien untuk
meningkatkan kualitas hidupnya adalah salah tugasnya. Karena spiritual dapat
meningkatkan motivasi sehingga pasien lebih lapang dada dan berusaha maksimal
untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Dari Jabir
bin ‘Abdullah adhiyallahu ‘anhu, hadits Rasulullah, bahwasannya beliau
bersabda,
لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءُ، فَإِذَا أُصِيْبَ دَوَاءُ الدَّاءِ بَرَأَ
بِإِذْنِ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ
“Setiap
penyakit ada obatnya. Apabila obat itu tepat untuk suatu penyakit, penyakit itu
akan sembuh dengan seizin Allah ‘Azza wa Jalla.” Tidaklah Allah menciptakan suatu
penyakit kecuali Dia juga menciptakan penawarnya. Hal ini sebagaimana yang
disabdakan Rasulullah
مَا
أَنْزَلَ اللهُ دَاءً إِلَّا أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً
“Tidaklah Allah menurunkan
penyakit kecuali Dia juga menurunkan penawarnya.” (HR Bukhari).
B.
Rumusan Masalah
Masalah pada
kasus ini dibatasi pada menyusun rancangan exercise dialysis pada
pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialysis.
C.
Tujuan
1. Tujuan
Umum
Menyusunan rancangan
implementasi EBN (Evidence Based
Nursing) dalam critical aprasial
2. Tujuan
Khusus
a.
Melakukan critical appraisal jurnal tipe RCT
dengan exercise dialysis
b.
Melakukan critical appraisal jurnal tipe Sistematik review dengan exercise dialysis
c.
Melakukan critical appraisal jurnal tipe Qualitative dengan exercise dialysis
d.
Menyusun rancangan
implementasi EBN exercise dialysis pada
pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialysis.
D.
Manfaat
Adapun manfaat dalam penulisan ini adalah sebagai
berikut :
1.
Manfaat
Teoritis
Secara
teoritis penulisan ini masuk dalam bidang keperawatan medikal bedah peminatan
hemodialilsa. Penulisan ini berguna sebagai referensi terkait hemodialisa, Khususnya tentang exercise intradialisis dalam pembelajaran.
2.
Manfaat
Praktisi
a.
Bagi
penulis
Sebagai
sarana untuk mengembangkan pengetahuan dan wawasan serta pola pikir tentang penerapan
exercise dialysis pada pasien gagal
ginjal kronis yang menjalani hemodialysis.
b.
Bagi
institusi pendidikan
Diharapkan
dapat memberikan umpan balik keberhasilan proses pembelajaran khususnya dalam
penerapan exercise dialysis pada
pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialysis.
c.
Bagi penulis
selanjutnya
Penulisan ini
bermanfaat dalam memberikan solusi untuk pemecahan suatu masalah yang di dukung
dengan teori sehingga dapat memberikan pola fikir yang terstruktur dalam memecahkan
suatu permasalahan serta dapat menambah khasanah akademik sehingga berguna
untuk pengembangan ilmu keperawatan dengan menggunakan inti keilmuan, khususnya
di bidang keperawatan medikal bedah.
BAB II
CRITICAL
APPRAISAL
Critical
appraisal
merupakan bagian dari kedokteran berbasis bukti (evidence-based medicine) diartikan sebagai suatu proses evaluasi
secara cermat dan sistematis suatu artikel penelitian untuk menentukan reabilitas, validitas, dan kegunaannya
dalam praktik klinis. Komponen utama yang dinilai dalam critical appraisal adalah validity,
importancy, dan applicability. Tingkat kepercayaan hasil suatu penelitian sangat
bergantung dari disain penelitian dimana uji klinis menempati urutan tertinggi.
Telaah kritis meliputi semua komponen dari suatu penelitian dimulai dari
komponen pendahuluan, metodologi, hasil dan diskusi. Masing-masing komponen
memiliki kepentingan yang sama besarnya dalam menentukan apakah hasil
penelitian tersebut layak atau tidak digunakan sebagai referensi (Abdullah & Firmansyah, 2012).
Salah satu jenis panduan
melakukan critical appraisal adalah
mengunakan format CASP yang terdiri 10 pertanyaan. Dalam analisis topik exercise dialysis pada pasien gagal
ginjal kami melakukan critical appraisal
pada 3 jurnal dengan metode Randomised Controlled Trial (RCT), Systematic Review,
Qualitative Research
karena ingin melihat efek exercise dari sudut pandang penelitian yang berbeda
sehingga dapat dijadikan pertimbangan untuk mengaplikasikan exercise dialysis
pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialysis.
A.
Critical
Appraisal Skills Programme (CASP) Randomised Controlled Trial (RCT) “Beneficial Effects Of An Intradialytic Cycling
Training Program In Patients With End-Stage Kidney Disease”
1. Are
the results of the trial valid?
a.
Did the trial address a clearly √ Yes Can’t tell No
focused issue?
HINT: An issue can be
‘focused’ In terms of
·
The population studied
populasi
dalam penelitian ini sebanyak 20 pasien denga ESKD, 5 perempuan, 15 laki-laki.
·
The intervention given
dalam
kelompok perlakuan menjalini 3 bulan intradialytic program yang terdiri dari
latiahan aerobic bersepeda 3 hari / minggu. Bersepeda dilakukan dalam posisi
duduk selama 2 jam pertama dialisis. Selama sesi latian pertama, subject
bersepeda selama 5 menit pada minggu pertama kemudian 10 menit pada minggu ke
dua serta 30 menit setelah minggu ke dua.
·
The comparator given
-
·
The outcomes considered
Diharapkan
latihan bersepeda aerobik intradialytic, dapat meningkatkan kebugaran fisik,
bisa mengurangi OS dan meningkatkan gangguan yang berhubungan dengan CKD
lainnya seperti komposisi tubuh diubah dan lipid profile
b. Was the assignment of patients √ Yes
Can’t tell No
to treatments randomised?
HINT: Consider
·
How was this carried out?
subyek
yang memenuhi syarat secara acak dibagi menjadi 2 kelompok. Sepuluh pasien
berpartisipasi dalam studi pelatihan olahraga intradialytic (kelompok EX).
Sebuah kelompok pembanding, ditunjuk sebagai pasien non-berolahraga (kelompok
CON), terdiri dari 10 orang yang tidak menerima pelatihan olahraga
intradialytic
·
Was the allocation sequence concealed from researchers and
patients?
-
c. Were all of the patients who entered
Yes
Can’t tell √ No
the trial properly accounted for at its
conclusion?
HINT:
Consider
·
Was the trial stopped early?
2 pasien
mundur dari kelompok EX, yang pertama pindah keluar daerah dan yang kedua
menjalani transplantasi ginjal.
·
Were patients analysed in the groups to which they were
randomised?
Analisis
kelompok menggunakan kriteria inklusi yaitu; (i) usia = 20-85 tahun, (ii)
dialisis selama minimal 2 tahun, (iii) persetujuan dari ahli jantung pasien,
(iv) tidak ada masalah ortopedi yang mencegah bersepeda selama dialisis,
dan (v) tidak ada partisipasi dalam penelitian lain.
Is it worth continuing?
d. Were patients, health workers and
Yes
Can’t tell √ No
study personnel ‘blind’ to treatment?
HINT:
Think about
·
Patients?
Peserta
tidak mungkin buta dengan peneliti untuk penilaian kelompok.
·
Health workers?
Selama
pemeriksaan klinis, berat badan, tinggi badan, dan indek masa tubuh. Ditentukan
untuk setiap subjek. Menilai kebugaran fisik menggunakan tes latihan cardiopulmonary,
pengaturan diet, pengumpulan sampel darah sebelum di analisis, pengukuran
parameter biokimia sebelum dan sesudah latihan.
·
Study personnel?
Peneliti
melakukan protokol eksperimental sepeti uji klinis dan pengukuran, rencana
latihan olah raga, penilaian gizi, persiapan sampel darah dan analisis,
parameter biokimia, lipid profil, dan pro / status antioksidan.
e. Were the groups similar
Yes
√ Can’t tell No
at the start of the trial?
HINT:
Look at
·
Other factors that might affect the outcome such as age, sex,
social class
f.
Aside from the experimental √ Yes Can’t tell No
intervention, were the groups
treated equally?
Karena, semua pasien mejalani pemeriksaan klinis (antropometri dan
pengukuran komposisi tubuh), dan selama pemeriksaan klinis seperti berat badan,
tinggi badan, dan index massa tubuh, serta pengukuran kebugaran fisik melalui
tes latihan cardiopulmonary.
2. What
are the results?
g.
How large was the treatment effect?
HINT:
Consider
·
What outcomes were measured?
menunjukkan
bahwa program pelatihan bersepeda aerobik intradialytic memiliki manfaat efek
resmi pada kebugaran fisik.
·
Is the primary outcome clearly specified?
Ya,
karena program percontohan kami menunjukkan bahwa program pelatihan bersepeda
aerobik intradialytic memiliki manfaat efek resmi pada kebugaran fisik (dengan
meningkatkan jarak berjalan selama 6MWT) dan lipid profile (dengan menurunkan
plasma TG) dan mencegah peningkatan OS basal (tanpa memperparah F2-IsoP, yang
yang paling dapat diandalkan dan spesifik penanda peroksidasi lipid).
·
What results were found for each outcome?
Analisis
catatan makanan menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam asupan
gizi antara 2 kelompok, Lipid profiles tidak ada perbeda antara kelompok CON
dan EX, Tidak ada perbedaan yang muncul diantara 2 kelompok pro / antioksidan status.
h. How precise was the estimate of the treatment
effect?
HINT:
Consider
·
What are the confidence limits?
Menggunakan
uji post hoc Tukey. Perbedaan dianggap signifikan statistik pada p < 0.05.
• Penilaian
kebugaran fisik; kelompok EX ( p < 0,001) tetapi tidak berubah pada kelompok
CON (376 ± 20 dan 406 ± 18 di T0 vs 406 ± 29 dan 500 ± 30 di T3 untuk CON dan
EX, masing-masing).
• Lipid
profile; Program pelatihan 3 bulan menunjukkan manfaat efek resmi pada plasma
tingkat TG pada kelompok EX (-23% pada T3 dibandingkan dengan T0; 1,90 ± 0,43
vs 1,46 ± 0,33 g / L; p < 0,03).
• Pro/antioxidant
status; kelompok EX dipamerkan nilai F2-IsoP secara signifikan lebih rendah
pada T3 dibandingkan dengan kelompok CON ( p = 0,02).
3. Will
the results help locally?
i.
Can the results be applied in your √ Yes
Can’t tell No
context? (or to the local
population?)
HINT:
Consider whether
·
Do you think that the patients covered by the trial are
similar enough to the patients to whom you will apply this?, if not how to they
differ?
Karena,
pelatihan aerobik bersepeda Intradialytic merupakan strategi yang berguna dan mudah
untuk mengurangi gangguan terkait CKD. Tetapi, Hasil ini harus dikomfirmasi
dengan peneliti lain ,enggunakan penelitian secara acak yang lebih besar.
j.
Were all clinically important √ Yes
Can’t tell No
outcomes considered?
HINT:
Consider
·
Is there other information you would like to have seen?
Pada
saat kita melakukan penelitian meski ada manfaatnya untuk masyarakat, khusus
pada latihan olahraga erobic bersepeda yang dapat memberikan kebugaran fisik
dan mudah dilakukan dirumah.
·
If not, does this affect the decision?
k. Are the benefits worth the harms √ Yes Can’t tell No
and costs?
HINT:
Consider
·
Even if this is not addressed by the trial, what do you
think?
sebelum
kita Sebelum melakukan penelitian tentunya kita akan berfikir mengenai keseimbangan
biaya yang di keluarkan peneliti maupun pasien supaya tidak merugikan peneliti
maupun pasien. supaya Biaya yang di keluarkan pun tidak banyak, tatapi hasil
dan manfaat dari penelitian dapat diterapkan oleh pasien dan masyarakat.
Sehingga pasien tidak merasa dirugikan dari hasil penelitian tersebut.
B.
Critical
Appraisal Skills Programme (CASP) Systematic Review “Intradialytic Exercise
In Hemodialysis Patients: A Systematic Review And Meta-Analysis”
1. Screening Questions
a.
Did the review address a
clearly √ Yes Can’t tell No
focused question?
HINT: An issue can be
‘focused’ In terms of
• The
population studied?
Pasien
yang menjalani hemodialisis
• The
intervention given?
Pengamatan
dengan nilai Kt/V dan komsumsi oksigen (VO2peak)
• The
outcome considered?
Exercise
intradialisis dapat meningkatkan aliran darah pada sistem otot sehingga zat
toksik masuk ke sistem pembuluh darah dan dapat dibersihkan dengan dialyzer
saat terapi hemodialisis
b. Did
the authors look for the √ Yes
Can’t tell No
right type of papers?
HINT: ‘The best sort of
studies’ would
• Address
the review’s question?
Sitasi
dalam jurnal mendukung pada hasil penelitian
• Have
an appropriate study design (usually RCTs for papers evaluating interventions)?
Dalam
penelitian ini menggunakan RCT karena jurnalnya ini jenis experimental. Untuk
studi yang dianalisis harus memenihi criteria seperti penelitian RCT pelatihan
intradialisis, pembandingan dengan kelompok intervensi dan kontrol, dengan
metode random dan crossover dan setidaknya melaporkan hasil primer maupun
sekunder.
Is It worth continuing?
2.
Detailed
Questions
c. Do
you think all the important, √ Yes Can’t tell No
relevant studies were
included?
HINT: Look for
• Which
bibliographic databases were used
Medline,
Embase, Cochrane dan sumber lain
• Follow
up from reference lists
American
Journal of Nephrology 2014;40:478-490
• Personal
contact with experts
Pada
penilitian ini peneliti menghubungi penulis dan meminta data yang hilang dan
mengklarifikasi apakah masih punya data duplikat, apakah hilang atau bisa
diberikan.
• Search
for unpublished as well as published studies
Dalam
penelitian ini menggunakan studi jurnal penelitian , tidak terdapat dukungan
dari website pemerintah maupun laporan thesis
• Search
for non-English language studies
Dalam
penititian ini tidak menggunakan bahasa selain inggris
d. Did
the review’s authors do enough √ Yes Can’t tell No
to assess of the
included studies?
HINT: The authors need
to consider the rigour of the studies they have identified. Lack of rigour may
affect the studies’ results. (“All that glisters is not gold” Merchant of
Venice – Act II Scene 7)
Dalam
penelitian ini dua penulis (KXS dan LLC) mengambil data secara independen untuk
karakteristik populasi, intervensi dan resiko bias, dan jika tidak terjadi
kesepakatan kedua peneliti melakukan
pembahasan dari segi hasil dengan karakteristik RCT seperti penulis
pertama: tahun publikasi dan negara, intervensi, durasi percobaan, karakteristik
peserta dan hasil temuan.
Pengujian
kualitas yang dilakukan menggunakan Physiotherapy Evidence Database (PEDro)
dengan maksimum nilai 10 ulasan pada RCT, ulasannya sebagai berikut: alokasi
acak, alokasi tersembunyi, dasar kesamaan, subjek yang tertutup, terapis yang
tertutup, penilai yang membutakan, tindak lanjut yang kontinyu, analisis untuk
melihat terapi, antara perbandingan kelompok, titik tindakan dan variabilitas.
e.
If the results of the
review have been √ Yes
Can’t tell No
combined, was
it reasonable to do so?
HINT: Consider whether
• The
results were similar from study to study
Pencarian studi menggunakan Medline 1288, Embase
210, Cochrane 205 dan sumber lain 5. Kemudian disaring dengan kriteria inkusi
sehingga didapatkan 24 studi. Setelah itu dilakukan uji kualitas studi dengan
skala PEDro.
• The
results of all the included studies are clearly displayed
Pada penelitian ini juga menggunakan pengujian
heterogenitas dalam pengolahan data serta menampilkan risk rasio pada setiap
hasil primer maupun sekunder. Namun penelitian ini tidak menampilkan ORR.
• The
results of the different studies are similar
Hasil
pada penelitian ini semua studi mendukung dengan hasil yang ditemukan
• The
reasons for any variations in results are discussed
Pada
penelitian ini juga membahas hasil sekunder seperti perubahan tekanan darah,
albumin, hemoglobin, perbaikan dengan proses 6- MWD (jarak berjalan selama 6
menit) test, Perubahan duduk untuk berdiri 60s test (STS-60)
3.
What are the results?
f. What
are the overall results √ Yes
Can’t tell No
of the review?
HINT: Consider
• If
you are clear about the review’s ‘bottom line’ results
Senam
intradialytic dapat meningkatkan Kt/V, VO2peak dan kualitas fisik
kehidupan, dan olahraga intradialytic aman untuk pasien hemodialysis.
• What
these are (numerically if appropriate)
Hasil penelitian ditunjukkan dengan
nilai Pvalue dan dengan hasil uji homogenitas untuk menentukan analisis.
• How
were the results expressed (NNT, odds ratio etc)
Hasil
pada penelitian juga menampilkan CI (tingkat keyakinan) dan SD (standart deviasi)
tetapi tidak menampilkan odds ratio.
g. How
precise are the results? √ Yes
Can’t tell No
HINT: Look at the
confidence intervals, if given
• Efek
pada Kt/V
Bahwa latihan
intradialytic memiliki khasiat dialisis yang lebihtinggi dibandingkan dengan
kelompok kontrol, signifikan secara statistik (p = 0,04)
• Efek
pada Vo2peak
Ketika durasi percobaan
lebih dari 6 bulan, signifikan (p <0,001) Namun, ketika durasi percobaan
kurang dari 6 bulan, perubahan tidak signifikan (p = 0,24)
• Efek
pada Kualitas Kesehatan-Terkait Kehidupan
Penelitian
meta-analisis menunjukkan bahwa latihan intradialisis memiliki efek yang
signifikan pada fungsi fisik kehidupan, tetapi tidak ada perbedaan yang
signifikan dalam fungsi mental.
• Adverse
Event
Tidak ada perbedaan
yang signifikan antara kelompok latihan intradialytic dan kelompok kontrol
sehubungan dengan muskuloskeletal dan komplikasi cardiovascular (p = 0,11)
• Hasil
sekunder
Hasil dikumpulkan
menunjukkan perbaikan yang signifikan dalam 6-MWD (jarak berjalan selama 6
menit) test (p <0,001). Perubahan duduk untuk berdiri 60s test (STS-60)
hasil signifikansi (p <0,001). Perubahan baik dalam tekanan darah sistolik
dan diastolic (p = 0,02). Perubahan tingkat hemoglobin dengan hasil tidak
segnifikan (p=0,66). Perubahan tingkat albumin darah Hasil dikumpulkan
menunjukkan bahwa kelompok olahraga intradialisis memiliki tingkat albumin
lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol (p = 0,006)
• Analisis
sensitive
Semua hasil analisis
diperiksa oleh analisis sensitifitas menggunakan model random-efek atau model
efek fixed untuk kembali melakukan analisis, dan kesimpulan statistik tidak
menunjukkan perubahan.
4.
Will the results help
locally?
h. Can
the results be applied √
Yes Can’t tell
No
to the local
population?
HINT: Consider whether
• The
patients covered by the review could be sufficiently different to your
population to cause concern
Pada penelitian ini dapat diterapkan pada pasien
gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisis yang tidak mengalami
komplikasi.
• Your
local setting is likely to differ much from that of the review
Pelatihan yang ditetiti mencakup latihan aerobic,
pelatihan aerobic, latihan daya tahan, pelatihan daya tahan, latihan kekuatan,
latihan anaerobic dan latihan fisik.
i.
Were all important
outcomes √ Yes
Can’t tell No
considered?
HINT: Consider whether
• Is
there other information you would like to have seen
Penelitian ini sudah menjelaskan hasil diantaranya
menjelaskan hasil primer dan sekunder, dan informasi sudah sesuai dengan
pembaca.
j.
Are the benefits worth
the harms √ Yes
Can’t tell No
and costs?
HINT: Consider
• Even
if this is not addressed by the review, what do you think?
Exercise
dialysis merupakan pilihan yang praktis dan menjanjikan untuk pasien
hemodialisis karena dapat meningkatkan nilai adekuasi dialysis dan merupakan
terapi yang aman dengan meminimalkan efek samping. Tetapi perlu dipertimbangkan
demi keselamatan pasien, sangat menyarankan bahwa penilaian dari pasien harus
dilakukan pertama. Dokter menilai apakah pasien cocok untuk latihan,
mengandalkan riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, tes elektrokardiografi, dan
pemeriksaan laboratorium. Jika cocok, dokter dapat merancang program tepat pra
jelaskan latihan progresif, termasuk 5-10 menit periode pemanasan pelatihan.
Intensitas latihan harus diresepkan atas dasar individu.
5.
Penilaian Alat
Tiga isu yang luas
perlu dipertimbangkan ketika menilai sebuah studi review sistematis:
1.
Bagian A (1-5) Valid
2.
Bagian B (6-7) Hasilnya
bisa diukur
3.
Bagian C (8-9) Bisa
diterapkan pada penelitian
C.
Critical
Appraisal Skills Programme (CASP) Qualitative Research “Patient And
Staff Perceptions Of Intradialytic Exercise Before And After Implementation: A
Qualitative Study”
1. Screening Questions
a.
Was there a clear
statement √ Yes Can’t tell No
of the aims of
the research?
HINT:
Consider
· What
was the goal of the research?
Penelitian
ini bertujuan untuk memandu pemahaman tentang hambatan dan fasilitator untuk
awal dan partisipasi IDE yang sedang berlangsung dan untuk memahami bagaimana
ini berpengaruh pada setiap tahap.
· Why
it was thought important?
Karena,
untuk menghasilkan pengetahuan yang berguna untuk penyelesaian masalah, dalam
hal ini memberikan informasi yang dapat digunakan untuk melaksanakan dan
mempertahankan intervensi IDE, serta adanya peningkatan dalam kesehatan untuk
mengurangi beban penyakit kronis melalui intervensi gaya hidup termasuk
olahraga.
· Its
relevance
Kelompok
difasilitasi oleh para peneliti tidak terlibat dalam perawatan pasien rutin
(HMLY, NH, ACS)
b. Is
a qualitative methodology √ Yes Can’t tell No
appropriate?
HINT:
Consider
· If
the research seeks to interpret or illuminate the actions and/or subjective
experiences of research participants
Ada
dua pasien, yang pertama tidak bisa bahasa Inggris, melakukan tatap muka
wawancara dengan semi-terstruktur. Peserta tersebut diwawancarai dalam bahasa
pertama mereka oleh penerjemah bahasa profesional dengan pengalaman penelitian
kesehatan. penerjemah diberikan dengan pengetahuan kontekstual tertentu sebelum
wawancara.
· Is
qualitative research the right methodology for addressing the research goal?
Menggunakan
metodologi kualitatif dengan pendekatan pragmatis dengan pengambilan sampel
purposive, non-probability sampling digunakan untuk memilih peserta yang bisa
memberikan beragam perspektif. Mengikuti prinsip yang ditetapkan, pengambilan
sampel berlanjut sampai saturasi
2. is
it worth continuing?
c. Was
the research design appropriate √ Yes Can’t tell No
to address the aims of the research?
HINT:
Consider
· If
the researcher has justified the research design (E.g. have they discussed how
they decided which method to use)?
Metodologi
kualitatif dengan pendekatan pragmatis
d. Was
the recruitment strategy √ Yes Can’t tell No
appropriate to the aims
of the
research?
HINT: Consider.
· If
the researcher has explained how the participants were selected
Peserta
di ambil dari unit rawat jalan hemodialisis berbasis rumah sakit NHS yang
memiliki 30 stasiun dialisis dan memperlakukan 170 pasien, dan unit rawat jalan
satelit run Fresenius dengan 19 stasiun, mengobati 114 pasien.
· If
they explained why the participants they selected were the most appropriate to
provide access to the type of knowledge sought by the study
Semua
staf berhubungan dengan pasien rutin yang memenuhi syarat inklusi dan didekati
secara pribadi oleh perawat yang bertugas.
· If
there are any discussions around recruitment (e.g. why some people chose not to
take part)
e. Was
the data collected in a way √ Yes Can’t tell No
that addressed the
research issue?
HINT: Consider.
· If
the setting for data collection was justified
tatap
muka wawancara semi-terstruktur dilakukan
· If
it is clear how data were collected (e.g. focus group, semi-structured
interview etc.)
Ada dua pasien, yang pertama tidak bisa
bahasa Inggris, melakukan tatap muka wawancara dengan semi-terstruktur. Peserta
tersebut diwawancarai dalam bahasa pertama mereka oleh penerjemah bahasa
profesional dengan pengalaman penelitian kesehatan. penerjemah diberikan dengan
pengetahuan kontekstual tertentu sebelum wawancara. Pasien dan staf fokus
kelompok dilakukan secara terpisah, dengan kelompok-kelompok staf lanjut dibagi
dengan kelas untuk memungkinkan kebebasan berekspresi dan perbandingan data.
· If
the researcher has justified the methods chosen
Metodologi
kualitatif dengan pendekatan pragmatis
· If
the researcher has made the methods explicit (e.g. for interview method, is
there an indication of how interviews were conducted, or did they use a topic
guide)?
panduan
topik untuk kelompok fokus dan wawancara semi-terstruktur dikembangkan
menggunakan literatur yang ada dan bantuan dari pasien dan keterlibatan publik
kelompok, yang menyarankan petunjuknya pertanyaan dan memberikan pandangan
tentang metode pengumpulan data.
· If
methods were modified during the study. If so, has the researcher explained how
and why?
· Dalam
panelitian ini tidak nampak metode dimodifikasi selama penelitian berlangsung
Peneliti menjelaskan bagaimana data
dikumpulkan Tahap satu dilakukan sebelum pelaksanaan program IDE. Kelompok
fokus dipromosikan diskusi dan mengeksplorasi bagaimana pasien dan staf
dirasakan IDE. Kelompok fokus difasilitasi oleh para peneliti tidak terlibat
dalam perawatan pasien rutin (HMLY, NH, ACS)
· If
the form of data is clear (e.g. tape recordings, video material, notes etc)
Semua data
direkam audio, profesional ditranskrip verbatim dan diterjemahkan sebelum
analisis jika diperlukan.catatan lapangan juga tunduk pada analisis.
· If
the researcher has discussed saturation of data
Kedua
peneliti kemudian mendiskusikan temuan dan menciptakan grafik tematik yang
dikelompokkan dan disempurnakan hambatan dan fasilitator dan hubungan
diidentifikasi antara kedua kelompok peserta dan fase penelitian.
f. Has
the relationship between √ Yes Can’t tell No
researcher and participants
been adequately
considered?
HINT: Consider
· If
the researcher critically examined their own role, potential bias and influence
during Formulation of the research questions Data collection, including sample
recruitment and choice of location
• panduan
topik untuk kelompok fokus dan wawancara semi-terstruktur dikembangkan
menggunakan literatur yang ada dan bantuan dari pasien dan keterlibatan publik
kelompok, yang menyarankan petunjuknya pertanyaan dan memberikan pandangan
tentang metode pengumpulan data.
• Peserta
direkrut dari unit rawat jalan hemodialisis berbasis rumah sakit NHS yang
memiliki 30 stasiun dialisis dan memperlakukan 170 pasien, dan unit rawat jalan
satelit run Fresenius dengan 19 stasiun, mengobati 114 pasien.
· How
the researcher responded to events during the study and whether they considered
the implications of any changes in the research design
Implikasi
dari setiap perubahan dalam desain penelitian yang dilakukan yaitu pasien '
ketakutan dan kecemasan. Pasien awalnya yakin konsekuensi berpartisipasi dalam
IDE yang digambarkan sebagai “ akan ke yang tidak diketahui ”( Pra-implementasi
kelompok fokus).
into consideration?
HINT: Consider
· If
there are sufficient details of how the research was explained to participants
for the reader to assess whether ethical standards were maintained
Dalam
jurnal ini tidak terdapat isu etik keperawatan.
· If
the researcher has discussed issues raised by the study (e.g. issues around
informed consent or confidentiality or how they have handled the effects of the
study on the participants during and after the study)
Tidak
terdapat informed consent sebelum pelaksanaan tindakan.
· If
approval has been sought from the ethics committee tidak ada persetujuan
ataupun upaya dari segi etik.
h. Was the data analysis sufficiently √ Yes
Can’t tell No
rigorous?
HINT: Consider
· If
there is an in-depth description of the analysis process
Dua
peneliti (HMLY, ALC) menganalisis data menggunakan pendekatan kerangka kerja.
ALC adalah seorang
psikolog
penelitian dan instruktur olahraga yang terdaftar dengan pengalaman ginja
· If
thematic analysis is used. If so, is it clear how the categories/themes were
derived from the data?
kerangka
coding deskriptif dikembangkan yang kemudian secara sistematis diterapkan
pada data dengan HMLY (kelompok fokus) dan ALC (wawancara) software NVivo
(NVivo v9, QSR International, Doncaster, Australia) digunakan untuk
memfasilitasi data coding.
· Whether
the researcher explains how the data presented were selected from the original
sample to demonstrate the analysis process
kerangka
awal ini difokuskan pada hambatan dan fasilitator untuk inisiasi dan
pemeliharaan IDE di staf dan kelompok pasien secara terpisah. Setiap kode yang
muncul yang tidak terjadi apriori tidak dipaksa untuk menyesuaikan kerangka
coding tetapi ditambahkan tergantung pada apakah mereka penghalang atau
fasilitator.
· If
sufficient data are presented to support the findings
Pada
Tahap Satu, satu kelompok staf fokus terdiri senior yang perawat, dokter dan
ahli diet (5, 56%), sementara yang lain terdiri dari perawat junior dan asisten
kesehatan (4, 44%). Pada tahap kedua, hanya 4 pasien sebelumnya berpartisipasi
dalam kelompok fokus.
· To
what extent contradictory data are taken into account
Pada
Tahap Satu, satu kelompok staf fokus terdiri senior yang perawat, dokter dan
ahli diet (5, 56%), sementara yang lain terdiri dari perawat junior dan asisten
kesehatan (4, 44%). Pada tahap kedua, hanya 4 pasien sebelumnya berpartisipasi
dalam kelompok fokus.
· Whether
the researcher critically examined their own role, potential bias and influence during analysis
and selection of data for presentation
Fasilitator
diidentifikasi termasuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam
kaitannya dengan IDE dan faktor-faktor yang ditingkatkan peserta ' keyakinan
tentang kemampuan mereka. pelaksanaan pos, hambatan yang berkaitan dengan
lingkungan dan sumber daya tetap, bersama dengan kesulitan lebih peran
profesional dalam kaitannya dengan IDE. Fasilitator untuk mempertahankan IDE
terkait dengan keyakinan positif tentang berpartisipasi dalam IDE dan
pentingnya pengaruh sosial dan profesional untuk staf, terutama
kerja sama tim dan kolaborasi.
findings?
HINT: Consider
· If
the findings are explicit
Terdapat
temuan dalam penelitian ini yaitu HMLY(kelompok fokus) dan ALC (wawancara), dan
software Nvivo.
· If
there is adequate discussion of the evidence both for and against the
researchers arguments
Tidak
ada pembahasan yang mencantumkan mengenai bukti yang melawan argumen peneliti.
Jurnal ini tidak mencantumkan validitas responden dengan jelas .
· If
the researcher has discussed the credibility of their findings (e.g.
triangulation, respondent validation, more than one analyst)
Kedua
peneliti kemudian mendiskusikan temuan dan menciptakan grafik tematik yang
dikelompokkan dan disempurnakan hambatan dan fasilitator dan hubungan
diidentifikasi antara kedua kelompok peserta dan fase penelitian.
· If
the findings are discussed in relation to the original research question
Dalam
jurnal ini tidak ada ataupun tidak di jelaskan tentang pertanyaan di awal
penelitian.
j.
How valuable is the
research? √ Yes Can’t tell No
HINT: Consider
· If
the researcher discusses the contribution the study makes to existing knowledge
or understanding e.g. do they consider the findings in relation to current
Menurut
saya penilitian ini sudah baik , namun penelitian ini patut untuk di lanjutkan
lagi untuk mencapai hasil yang maksimal.
· practice
or policy?, or relevant research-based literature? If they identify new areas
where research is necessary
Didalam
penelitian ini dicantumkan pasien dan anggota staf percaya bahwa pemahaman yang lebih baik dari IDE akan
memfasilitasi persiapan di awal.
· If
the researchers have discussed whether or how the findings can be transferred
to other populations or considered other ways the research may be used
Peneliti menjelaskan
bahwa studi kualitatif ini menyoroti konstruksi psikologis yang paling
berpengaruh untuk melaksanakan dan mempertahankan program IDE dari perspektif
dari kedua pasien HD dan staf. penelitian masa depan harus fokus pada
pengembangan dan uji coba intervensi yang memanfaatkan teknik untuk
implementasi dan perubahan perilaku yang terkait dengan konstruksi ini.
Pekerjaan kami juga jelas menyoroti kebutuhan untuk sifat program IDE untuk
didefinisikan dengan jelas, termasuk perilaku dan tugas-tugas yang berhubungan
dengan pelaksanaan IDE, peran dan tanggung jawab profesional yang berbeda dan
prasyarat untuk lingkungan di mana program ini adalah untuk diintegrasikan.
bimbingan IDE khusus yang membahas persyaratan pelatihan, tingkat staf, peran
dan campuran keterampilan dijamin untuk memenuhi persyaratan ini dan
selanjutnya dapat meningkatkan pengakuan nasional tentang pentingnya IDE dan
lebih baik memfasilitasi pelaksanaan luas dan termmaintenance panjang program
tersebut.
BAB III
RANCANGAN PENERAPAN
EVIDENCE BASED NURSING
Setelah melakukan critical appraisal
terhadap 3 jurnal dengan topik ecxercise
dialysis pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi
hemodialysis, pembaca telah memahami tentang system atau pengaruh-pengaruh exercise dialiysis terhadap kesehatan
pasien. Untuk melakukan exercise pada
pasien hemodialysis perlu dipertimbangkan kapan waktu yang tepat karena kondisi
pasien yang mudah lelah dan kondisi fisiologisnya yang sudah menurun
dibandingkan dengan orang sehat lainnya. Kita ketahui bersama bahwa terapi
hemodialysis mempunyai target yang harus
dicapai agar kesehatan pasien dan kualitas hidup pasien tetap baik. Exercise dialysis merupakan salah satu
latihan yang dikhususkan pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani
hemodialysis yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas terapi hemodialysis.
Menurut Sheng et al. (2014)
latihan ini memiliki manfaat seperti pada system kardiovaskuler, adekuasi
dialysis, fungsi tubuh, dan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal.
Ada
beberapa jenis latihan exercise
seperti latihan aerobic (sepeda
statis), latihan ketahanan (angkat beban) dan latihan fisik. Exercise
dialysis dapat meningkatkan aliran darah pada
sistem otot sehingga zat toksik di otot masuk ke sistem pembuluh darah sehingga
darah kotor dapat dibersihkan dengan dialyzer
saat terapi hemodialysis. Hasil studi tersebut juga menjelaskan bahwa exercise dialysis dapat meningkatkan
Kt/V, VO2peak dan kualitas fisik kehidupan, dan olahraga
intradialytic aman untuk pasien hemodialysis.
Latihan
aerobic dengan sepeda statis
merupakan salah satu exercise yang
dapat dilakukan pada pasien gagal ginjal. Studi Groussard et al. (2015)
secara khusus menjelaskan manfaat bahwa dengan exercise sepeda statis dapat meningkatkan
pada kebugaran fisik dan dan lipid profile serta mencegah peningkatan OS basal (oksidatif
stress). Studi Sheng et al. (2014)
merekomedasikan exercise dilakukan
saat hemodialysis karena pasien dalam pengawasan dokter, tidak melibatkan extra
waktu dan exercise dapat meningkatkan aliran darah ke otot sehingga zat toksik
dapat mengalir ke pumbuluh darah yang akhirnya akan dibersihkan mesin melalui
dialyzer.
Pentingnya
latihan ini perlu diketahui oleh pasien, sehingga perlu adanya sosialisasi exercise dialysis kepada pasien. Studi qualitative oleh Young et al. (2015)
meneliti tentang persepsi pasien dan staf terkait sebelum (tahap satu) dan
sesudah (tahap dua) melakukan latihan exercise
sepeda statis. Penelitian berfokus pada hambatan dan fasilitator saat melakukan
exercise. Hasil tahap satu pasien
merasa dengan melakukan exercise dialysis
akan melukai mereka karena adanya jarum untuk aliran dialysis selain itu pasien
juga merasa takut terhadap dampak exercise
terhadap keselamatannya. Presepsi staf juga menjelaskan bahwa exercise akan menambah beban kerja
mereka dan staf menilai bahwa exercise
tidak menarik serta tidak cocok karena dapat menyebabkan kelelahan pada pasien.
Setelah
melakukan exercise dialysis pasien yang menjalani hemodialysis mengalami
perbaikan fungsional, fisiologis dan psikologis serta penggurangan gejala
dengan hasil tersebut pasien merasa senang karena efektifitas latihan memberikan
efek terhadap kualitas kesehatannya. Staf merasa termotivasi karena pasien
mengalami perubahan positif sehingga dalam koordinasi dan rekomendasi
pengaturan diet cairan pasien menjadi lebih baik. Mengenai masalah pasien
merasa katakutan akan akibat exercise
dialysis perlu adanya peningkatan pengetahuan baik pada perawat dan pasien,
misalnya dengan peningkatan keterampilan hemodialysis pada perawat, untuk
pasien dengan memberikan informasi dan memberikan kepercayaan bahwa exercise aman dilakukan (Young et al., 2015).
Latihan exercise
ini diberikan selama 2 jam pertama, dengan 5 menit pada minggu pertama kemudian
10 menit pada minggu kedua dan mencapai 30 menit setelah 2 minggu. Sebelum
latihan pasien melakukan pemanasan dan pendinginan selama 5 menit (Groussard et al., 2015).
Berdasarkan
temuan jurnal tersebut exercise dapat
diaplikasikan pada pasien yang menjalani hemodialysis. Tetapi perlu dipertimbangkan demi keselamatan pasien dan menyarankan
bahwa penilaian keadaan pasien harus dilakukan pertama kali. Dokter yang
menilai apakah pasien cocok untuk latihan, dengan melihat riwayat kesehatan,
pemeriksaan fisik, tes elektrokardiografi, dan pemeriksaan laboratorium. Jika
cocok, dokter dapat merancang program tepat dengan menjelaskan latihan,
termasuk 5-10 menit periode pemanasan pelatihan. Intensitas latihan harus
diresepkan atas dasar individu karena terkait kondisi yang berbeda setiap
individu (Sheng et al., 2014).
Penerapan dilahan dengan pengadaan sepeda statis
bagi pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialysis perlu dikaji dari segi
manfaat dan biaya yang dikeluarkan, karena sepeda statis tergolong harga yang
mahal sekitar 4 jutaan. Seharusnya dengan adanya penemuan ini rumah sakit memfasilitasi
dengan menganggarkan alat tersebut sehingga dapat meningkatkan kualitas
kesehatan pasien yang berakibat menigkatnya mutu rumah sakit. Studi dari Anggrianni (2017) menjelaskan bahwa kepuasan dan kualitas kesehatan
pasien berdampak pada mutu pelayanan rumah sakit. Untuk pengadaan jumlah sepeda
statis mungkin perlu dikaji lagi tergantung dari jumlah pasien hemodialysis,
karena setiap pasien belum tentu diperbolehkan melakukan exercise terkait kondisinya dan efek yang nanti ditimbulkan. Hal
tersebut juga harus ditunjang dengan sumber daya tenaga kesehatan yang terampil
misalnya pelatihan hemodialysis dan pengetahuan tentang excerxise itu sendiri
guna memaksimalkan exercise dan meminimalkan efek samping yang tidak
diinginkan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan jurnal tersebut dapat disimpulkan bahwa exercise dialysis merupakan terapi yang
tepat dan mempunyai efek samping yang minimal dibandingkan dengan tindakan
lainya. Sosialisasi yang tepat guna meyakinkan pasien bahwa terapi ini memiliki
manfaat untuk meningkatkan kualitas hidup perlu dilakukan. Selain itu dalam
pelaksaan exercise perlu
dipertimbangkan latihan apa yang tepat bagi setiap individu karena pasien gagal
ginjal memiliki keterbatasan fisik yang berbeda. Serta perlu adanya pengawasan
terhadap pasien yang melakukan exercise agar dapat meminimalkan efek samping
yang tidak diinginkan.
B. Saran
1.
Unit Pelayanan
Kesehatan
Dengan
adanya temuan ini diharapkan dapat diaplikasikan di unit pelayanan untuk
memaksimalkan terapi hemodialysis serta untuk tenaga kesehatan dapat
meningkatkan keterampilan agar tujuan membantu pasien untuk mencapai kualitas
hidup yang lebih baik dapat tercapai sehingga dapat meningkatkan mutu
pelayanan.
2. Institusi
Pendidikan
Exercise
merupakan latihan yang belum rutin dilakukan pasien gagal ginjal yang menjalani
hemodialisis, karena belum ada regulasi yang tepat sehingga masih perlu
dilakukan studi penelitian yang mendalam hingga dapat dijadikan acuan di unit
pelayanan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M., & Firmansyah, M. A. (2012). Critical
appraisal on journal of clinical trials. Acta Medica Indonesiana, 44(4),
337–43. Retrieved from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23314977
Anggrianni, S. (2017). Evaluasi Kepuasan Pasien Rawat Inap
Dan Rawat Jalan Terhadap Pelayanan Gizi Pasien Diet Diabetes Mellitus Di Rsu
Pku Muhammadiyah Bantul Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Armezya, W., Nasrul, E., & Bahar, E. (2014). Pengaruh
Hemodialisis terhadap Urea Reduction Ratio pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik
Stadium V di RSUP Dr . M . Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 5(2),
300–305.
Barzegar, H., Moosazadeh, M., Jafari, H., & Esmaeili, R.
(2016). Evaluation of Dialysis Adequacy in Hemodialysis Patients: A Systematic
Review, 13(4), 2744–2749.
Catur, S. T. (2014). Efektivitas Dosis Hemodialisis Pada
Pasien Penyakit Ginjal Kronik Di Rsu Dokter Soedarso Pontianak. Universitas
Tanjungpura.
Groussard, C., Rouchon-Isnard, M., Coutard, C., Romain, F.,
Malardé, L., Lemoine-Morel, S., … Boisseau, N. (2015). Beneficial effects of an
intradialytic cycling training program in patients with end-stage kidney
disease. Applied Physiology, Nutrition, and Metabolism, 40(6),
550–556. https://doi.org/10.1139/apnm-2014-0357
Indonesian renal Registry. (2012). 5 th Report Of Indonesian
Renal Registry 2012. Program Indonesia Renal Registry, 12–13.
https://doi.org/10.2215/CJN.02370316
Mohseni, R., Emami Zeydi, A., Ilali, E., Adib-Hajbaghery, M.,
Makhlough, A., & Student, G. (2013). The Effect of Intradialytic Aerobic
Exercise on Dialysis Efficacy in Hemodialysis Patients: A Randomized Controlled
Trial Ehteramosadat Ilali Mohsen Adib-Hajbaghery. Oman Medical Specialty
Board Oman Medical Journal, 28(5), 345–349. https://doi.org/10.5001/omj.2013.99
National Kidney Foundation. (2015). KDOQI Clinical
Practice Guideline Hemodialysis Update Update of the KDOQI TM
Clinical Practice Guideline for Hemodialysis Adequacy. National Kidney
Foundation. Retrieved from https://www.kidney.org/sites/default/files/KDOQI-Clinical-Practice-Guideline-Hemodialysis-Update_Public-Review-Draft-FINAL_20150204.pdf
PERNEFRI (Perkumpulan Nefrologi Indonesia). (2015). 8th
Report Of Indonesian Renal Registry, 1–45.
Sheng, K., Zhang, P., Chen, L., Cheng, J., Wu, C., &
Chen, J. (2014). Intradialytic exercise in hemodialysis patients: A systematic
review and meta-analysis. American Journal of Nephrology, 40(5),
478–490. https://doi.org/10.1159/000368722
Young, H. M. L., Hudson, N., Clarke, A. L., Dungey, M.,
Feehally, J., Burton, J. O., & Smith, A. C. (2015). Patient and staff
perceptions of intradialytic exercise before and after implementation: A
qualitative study. PLoS ONE, 10(6), 1–18.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0128995
Lampiran 1
Dokumentasi
Latihan Exercise Sepeda Statis