Rabu, 14 Maret 2018

APLIKASI TEORI KEPERAWATAN LEVINE’S CONSERVATION




APLIKASI TEORI KEPERAWATAN LEVINE’S CONSERVATION



A.  Pendahuluan

Teori keperawatan merupakan suatu panduan perawat dalam setiap tindakan dan kemampuan berpikir sistematis tentang praktik keperawatan, sehingga pemberian asuhan keperawatan dengan menggunakan teori keperawatan diharapkan dapat mempermudah perawat dalam mendukung kesembuhan pasien. Teori keperawatan Levine’s conservation model merupakan salah satu model keperawatan yang bertujuan untuk memberikan pedoman dalam memberikan intervensi keperawatan yang dapat mempengaruhi respon seseorang dan meningkatkan kondisi kesejahteraannya (Kurniawan, Kristianto, & Suharsono, 2015). Ketika individu tidak mampu beradaptasi terhadap stimulasi yang merugikan, maka perawat bertindak sebagai konservator sehingga tercapai keseimbangan dan keutuhan yang diharapkan (Mariyam, Rustina, & Waluyanti, 2013). Model keperawatan Levine’s conservation mengambarkan cara sistem yang kompleks yang dapat terus berfungsi bahkan ketika mendapat tantangan, melalui konservasi ini individu mampu melakukan adaptasi dan tetap mempertahankan keunikan pribadi (Diana & Biyanti, 2015).

Teori konservasi menjelaskan bahwa adaptasi mengarah pada keutuhan individu yang terdiri dari konservasi energi, integritas struktur, intregritas personal dan integritas sosial. Adaptasi adalah cara mempertahankan integritas didalam lingkungan hidup, yang mana ditandai dengan redundansi, historisitas dan spesifisitas (Abumaria, Hastings-Tolsma, & Sakraida, 2015). Terdapat tiga tingkat yang dapat menjadi panduan perawat dalam promosi adaptasi, tingkat pertama dengan mempertahankan homeositasis lingkungan dengan penyesuaian dalam fisiologi tubuh bersama factor lingkungan sekitar (makan, pakaian hangat), tingkat kedua berfokus bagaimana orang merespon ketika sadar diri dari penyakit yang dialami, tingkat ketiga tercapai ketika pasien mencari perawatan kesehatan.



B.  Konsep Levine’s Conservation Model

Sebagai kerangka kerja praktek keperawatan Levine’s conservation model mempunyai tujuan untuk mendorong proses adaptasi dalam mempertahankan keutuhan (Wholeness) individu dengan mengunakan prinsip konservasi. Berdasarkan hal tersebut Levine’s conservation model dapat dijelaskan mempunyai 3 komponen utama (Alligood, 2014), yaitu:



1.    Wholeness (Holism)

Sebuah sistem terbuka yang menekankan pada suara organic, progresif dan hubungan saling mempengaruhi antara fungsi yang  bervariasi. Suatu interaksi terbuka, dinamis dan berkelanjutan antara lingkungan internal dan eksternal memberikan dasar pemikiran holistic, yaitu cara memandang individu secara menyeluruh (Whole). Respon organisme merupakan perilaku individu dalam upaya beradaptasi dengan lingkungan, terdapat 4 jenis respon organisme, yaitu:

a)    Respon terhadap rasa takut

Sebuah respon yang dirasakan seketika pada suatu hal yang nyata atau dibayangkan, respon ini merupakan respon yang paling primitif dirasakan oleh individu.

b)   Respon inflamasi

Merupakan respon dalam memberikan integritas structural dan stimulasi penyembuhan, keduanya merupakan respon pertahanan diri terhadap stimulasi yang merugikan dan inisiasi penyembuhan.

c)    Respon stress

Respon yang berkembang dari waktu ke waktu dan dipengaruhi pengalaman stress yang dihadapi oleh seseorang. Bila kondisi terjadi berkelanjutan akan menyebabkan kerusakan sistem.

d)   Respon perseptual

Merupakan respon terakhir yang meliputi individu mengumpulkan informasi dari lingkungan dan mengubahnya ke pengalaman yang bermakna.

2.    Adaptasi

Proses individu mempertahankan integritas dalam menghadapi realitas lingkungan internal dan eksternal, sedangkan konservasi adalah hasil dari proses adaptasi. Levine’s conservation model terdapat 3 karakteristik, yaitu:

a)    Historisitas

Respon adaptif sebagian manusia yang didasarkan pada genetic dan sejarah masa lalu. Setiap manusia terdiri dari kombinasai genetic dan sejarah dan respon adaptif merupakan hasil dari keduanya.

b)   Kekhususan

Sistem yang membentuk manuasia ketika memiliki respon terhadap stimulus yang unik, misalnya ketika individu mendapat stimulus yang sama, tetapi setiap individu melakukan adaptasi yang berbeda-beda.

c)    Redundansi

Suatu sistem yang gagal melakukan adaptasi maka sistem lain dapat mengambil alih dan menyelesaikan adaptasi tersebut. Namun redundansi dapat merugikan, misalnya ketika kondisi penyakit autoimun. Hilangnya pilihan redundansi selama kondisi trauma, usia, penyakit atau kondisi lingkungan membuat individu sulit mempertahankan hidup. Levine menduga adanya kemungkingan bahwa penuaan merupakan konsekuensi gagalnya redundansi proses fisiologis dan psikologis (Nugroho, 2016).

3.    Konsep Konservasi

Merupakan sistem yang kompleks untuk melanjutkan fungsi bahkan ketika terjadi hambatan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesehatan dan kekuatan dalam menghadapi ketidakmampuan. Fokus utama dengan menjaga seluruh aspek dari manusia/individu dengan keseimbangan antara suplai dan kebutuhan energy dalam realitas biologis. Terdapat 4 prinsip konservasi, yaitu:

a)    Konservasi energy

Konservasi bertujuan untuk menjaga keseimbangan energi tetap seimbang sehingga tidak terjadi kelelahan yang berlebih, maka intervensi yang diberikan adalah dengan istirahat, olahraga dan pemeliharaan gizi yang cukup.

b)   Konservasi integritas structural

Mempertahankan atau mempertahankan struktur tubuh sehingga tidak menyebabkan gangguan fisik dan meningkatkan proses penyembuhan. Intervensi yang dapat dilakukan adalah membantu klien dalam ROM dan pemeliharaan kebersihan.

c)    Konservasi integritas personal

Bertujuan untuk mengenali individu sebagai manusia yang mendapatkan pengakuan, rasa hormat, kesadaran diri dan dapat menentukan nasibnya sendiri. Memberikan perlindungan terhadap privasi individu merupakan salah satu intervensi yang dilakukan.

d)   Konservasi ingetegritas social

Seorang individu diakui sebagai anggota keluarga, anggota komunitas atau masyarakat, kelompok keagamaan, kelompok etnis, dan sistem politik suatu bangsa. Makna hidup meningkat sepanjang komunikasi sosial dan kesehatan dipertahankan. Perawat sebagai profesi, berperan dalam membantu anggota keluarga, membantu kebutuhan beribadah, dan menggunakan hubungan interpersonal untuk mempertahankan integritas social.

C.  Proses Keperawatan Levine’s Conservation Model

1.    Pengkajian

Pengumpulan data dari pengaruh lingkungan internal dan eksternal, mengamati respon, memahami laporan medis, melakukan evaluasi diagnostic dan keluarga tentang kebutuhannya. Melakukan pengkajian fisiologis dan patofisiologis dengan lingkungan internal dan factor ditingkat persepsi, operasional dan konseptual dari lingkungan eksternal, dengan prinsip konservasi yaitu konservasi energy, structural, personal dan social.

2.    Tropikognisis

Melakukan penilaian asuhan keperawatan melalui proses ilmiah untuk melakukan pengamatan dan memilih data yang relevan dalam menyusun pernyataan hipotesis tengang keadaan pasien.

3.    Hipotesis

Mengarahkan intervensi dari asuhan keperawatan dengan tujuan menjaga keutuhan individu dan mempromosikan adaptasi, disini perawat menyususn hipotesis tentang masalah individu dan solusi yang menjadi asuhan keperawatan yang akan diberikan ke individu.

4.    Intervensi

Hipotesis yang diarahkan dilakukan intervensi dengan prinsip-prinsip konservasi Levine’s conservation model dengan harapan menjaga keutuhan individu dan mempromosikan tindakan adaptasi individu.

5.    Evaluasi

Melakukan pengamatan pasien setelah dilakukan intervensi yang dilakukan, hasil dari pengujian hipotesis dievaluasi dari respon individu. Konsekuensi dari perawatan terupetik atau mendukung, tindakan teraupetik dapat meningkatkan kesejahteraan, langkah-langkah memberikan kenyamanan.



D.   KASUS

Sarah Woods*, a 46-year-old woman with type 2 diabetes mellitus, arrives at the endocrinologist’s office for a routine visit. She complains of fatigue, anxiety, and “a racing heart.” She states she has felt particularly stressed since the recent death of her mother who had Alzheimer’s disease. She denies having had any recent illness. 

In additional to diabetes, Ms. Woods’ medical history includes hypercholesterolemia, osteoporosis, and dermatomyositis (an autoimmune disease). Her current medications are:

  • atorvastatin 10 mg daily
  • baby aspirin 81 mg daily
  • hydroxychloroquine sulfate 200 mg daily
  • methotrexate 15 mg subcutaneously weekly
  • metformin 1000 mg twice a day
  • insulin aspart (Novolog) before meals, 1 unit per 15 carbs
  • insulin glargine (Lantus) 11 units at bedtime.

Physical assessment reveals a slightly enlarged thyroid with no tenderness. Ms. Woods’ eyes are noticeably swollen, and her skin is warm and moist. No tremor is observed. Her vital signs are

  • blood pressure 162/58 mm Hg
  • heart rate 120 beats per minute
  • respirations 20 per minute
  • temperature 99.5 F. 

The endocrinologist orders several laboratory tests and schedules Ms. Woods for a 24-hour radioactive iodine uptake test (RAIU) the next day. Results include:

  • random blood glucose: 319 mg/dL
  • glycosylated hemoglobin (A1C): 6.9%
  • thyroid-stimulating hormone (TSH): 0.2 mlU/L
  • triiodothyronine (T3): 276ng/dL
  • Free thyroxine (T4): 3ng/dL
  • RAIU: increased uptake within the thyroid.

Based on Ms. Woods’ signs and symptoms and the results of diagnostic tests, the endocrinologist confirms that she has Graves’ disease, a type of hyperthyroidism. Ms. Woods is informed of her diagnosis and is started on methimazole, an antithyroid medication. She is instructed to monitor for signs of infection because she is also on methotrexate; both methotrexate and methimazole can cause agranulocytosis.

Ms. Woods is placed on a cardiac monitor and oxygen, and an I.V. is started. She is given propranolol to lower her heart rate and blood pressure and acetaminophen to decrease her temperature. A loading dose of methimazole 30 mg is also given. Ms. Woods is stabilized and 3 days later she returns home on oral methimazole (10 mg three times/day).,

Ms. Woods returns 2 weeks later to her endocrinologist’s office. She states she feels much better and that she has been able to take her medication. Her vital signs and TSH level are within normal limits. She has joined a grief support group that she plans to attend weekly. The nurse reviews Ms. Woods treatment plan with her.



E.  Aplikasi Teori Levine’s Conservation Model dalam Proses Keperawatan

1.    Pengkajian

a)    Lingkungan internal

Ny.S seorang wanita berusia 46 tahun mengeluh kelelahan, kecemasan dan berdebar-debar. Pasien mempunyai riwayat diabetes mellitus tipe 2, hiperkolesterolemia, osteoporosis dan dermatomiositis. Pemeriksaan tanda vital diperoleh tekanan darah 162/58 mmHg, denyut nadi 120 kali/menit, respirasi 20 kali/menit, suhu 99,5 F. Penilaian fisik mengungkapkan tiroid sedikit diperbesar tanpa kelembutan dengan pemeriksaan laboratorium thyroid-stimulating hormone (TSH): 0,2 mlU/L, Triiodothyronine (T3): 276ng/dL, Free thyroxine (T4): 3NG/dL, dan RAIU: increased uptake within the thyroid. Mata terasa bengkak, dan kulitnya hangat dan lembab.

b)   Lingkungan eksternal

     Ny.S mengatakan dirinya merasa tertekan sejak kematian ibunya yang menderita penyakit Alzeimer. Dan Ny.S membantah memiliki penyakit baru.

c)    Fokus pada konservasi

1)   Konservasi energy

     Ny.S mengeluh kelelahan dengan tekanan darah 162/58mmHg dan respirasi 20 kali/menit, kulit hangat dan lembab dengan suhu 99,5 F, denyut nadi 120 kali/menit.. Riwayat penyakit diabetes mellitus tipe 2 dengan pemeriksaan gula darah acak 319mg/dl, pemeriksaan glycosylated hemoglobin (A1C): 6.9%,  menggunakan insulin Novolog 1 unit/15 karbohidrat dan insulin Lantus 11 unit pada waktu tidur.

2)   Konservasi structural

     Pemeriksaan fisik didapatkan data bahwa tiroid sedikit membesar tanpa kelembutan, mata terasa bengkak, kulit hangat dan lembab

3)   Konservasi personal

     Ny.S mengatakan merasa tertekan setelah kematian ibunya yang menderita Alzheimer, pasien membantah memiliki penyakit baru.

4)   Konservasi social

     Ny.S merupakan wanita berusia 46 tahun, pasien melakukan visite rutin di bagian endokrinologi

2.    Tropikognosis

Berdasarkan hasil analisis fakta, beberapa keputusan diagnosis atau tropikognosis dalam keperawatan dengan pendekatan NANDA terindentifikasi sebagai berikut:

a)    Pola nafas tidak efektif

b)   Ansietas

c)    Kurang pengetahuan

3.    Intervensi

Intervensi yang diberikan kepada Ny.S berdasarkan Levine’s Conservation Model adalah sebagai berikut (Herdman & Kamitsuru, 2015):

a)    Pola nafas tidak efektif

1)   Monitor tanda tanda vital

2)   Identifikasi pasien perlu adanya pemasangan alat bantu pernafasan

3)   Auskultasi suara nafas, dan catat suara tambahan

4)   Monitor respirasi dan status O2

5)   Memberikan posisi semi fowler

6)   Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi oksigen

b)   Ansietas

1)   Identifikasi tingkat kecemasan

2)   Monitor tanda tanda vital

3)   Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan

4)   Intruksikan pasien mengunakan teknik relaksasi

5)   Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat untuk mengurangi kecemasan

c)    Kurang pengetahuan

1)      Identifikasi tingkat pengetahuan tentang proses penyakit

2)       Memberikan informasi dengan patofisiologi penyakit

3)      Memberikan informasi tentang tanda gejala, penyebab dan proses penanganan dengan mudah

4)      Diskusikan bagi keluarga dalam merubah gaya hidup dan mencegah komplikasi dimasa depan dan pengontrolan penyakit

4.    Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, hasil dari pengujian hipotesis dievalusi dengan menilai respon pasien: pada kasus Ny.S evaluasi respon yang didapatkan yaitu:

a)    Pola nafas tidak efektif

b)   Ansietas

c)    Kurang pengetahuan

F.   Kesimpulan

Aplikasi model konservasi Levine dalam praktik keperawatan sangat bermanfaat karena mengidentifikasi aktivitas dalam setiap komponen keperawatan. Aplikasi pada kasus Hipertiroid dengan penyakit grave sesuai untuk diterapkan. Dalam proses asuhan keperawatan, model konservasi Levine memiliki lima tahap standar asuhan, yaitu pengkajian, tropikognosis, hipotesis, intervensi, dan evaluasi dari respon pasien terhadap intervensi yang dilakukan. Pendekatan NANDA, NOC, dan NIC dapat digunakan dalam proses asuhan keperawatan dalam model ini.





DAFTAR PUSTAKA

Abumaria, I. M., Hastings-Tolsma, M., & Sakraida, T. J. (2015). Levine’s Conservation Model: A Framework for Advanced Gerontology Nursing Practice. Nursing Forum, 50(3), 179–188. https://doi.org/10.1111/nuf.12077

Alligood, M. R. (2014). Nursing Theorists and Their Work. Elsevier Mosby (8th ed.). Elsevier. https://doi.org/10.5172/conu.2007.24.1.106a

Diana, T. L., & Biyanti, W. D. (2015). Aplikasi Model Konservasi Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus. Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat, 1(4). https://doi.org/2252-8865

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). Nursing Diagnoses: Definitions and Classification 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell.

Kurniawan, D. E., Kristianto, H., & Suharsono, T. (2015). Aplikasi Model Konservasi Levine Dalam Asuhan Keperawatan Pasien Selulitis. In Strategi Pengembangan Profesionalisme Perawat Melalui Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Publikasi Ilmiah (pp. 40–48). https://doi.org/2579-7719

Mariyam, Rustina, Y., & Waluyanti,  fajar T. (2013). Aplikasi Teori Konservasi Levine Pada Anak Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Di Ruang Perawatan Anak. Jurnal Keperawatan Anak, 1(2), 104–112.

Nugroho, S. T. R. I. (2016). Pengaruh Intervensi Teknik Relaksasi Lima Jari Terhadap Fatigue Klien Ca Mammae di RS Tugurejo, Semarang. Magister Keperawatan.


Pemberian Nutrisi Dan Hidrasi Pada Pasien Kritis

Dalam dunia kesehatan masalah pemberian nutrisi dan hidrasi pada pasien kritis masih menjadi dilema etik khususnya di Intensive Care Unit ...