APLIKASI TEORI KEPERAWATAN
LEVINE’S CONSERVATION
A.
Pendahuluan
Teori
keperawatan merupakan suatu panduan perawat dalam setiap tindakan dan kemampuan
berpikir sistematis tentang praktik keperawatan, sehingga pemberian asuhan
keperawatan dengan menggunakan teori keperawatan diharapkan dapat mempermudah
perawat dalam mendukung kesembuhan pasien. Teori keperawatan Levine’s conservation model merupakan salah satu model
keperawatan yang bertujuan untuk memberikan pedoman dalam memberikan intervensi
keperawatan yang dapat mempengaruhi respon seseorang dan meningkatkan kondisi
kesejahteraannya (Kurniawan, Kristianto, & Suharsono, 2015). Ketika individu tidak mampu beradaptasi terhadap stimulasi yang merugikan,
maka perawat bertindak sebagai konservator sehingga tercapai keseimbangan dan
keutuhan yang diharapkan (Mariyam, Rustina, & Waluyanti, 2013). Model keperawatan Levine’s conservation mengambarkan cara
sistem yang kompleks yang dapat terus berfungsi bahkan ketika mendapat
tantangan, melalui konservasi ini individu mampu melakukan adaptasi dan tetap
mempertahankan keunikan pribadi (Diana & Biyanti, 2015).
Teori konservasi menjelaskan bahwa adaptasi mengarah pada keutuhan
individu yang terdiri dari konservasi energi, integritas struktur, intregritas
personal dan integritas sosial. Adaptasi adalah cara mempertahankan integritas
didalam lingkungan hidup, yang mana ditandai dengan redundansi, historisitas
dan spesifisitas (Abumaria, Hastings-Tolsma, & Sakraida, 2015). Terdapat tiga tingkat yang dapat menjadi panduan perawat dalam
promosi adaptasi, tingkat pertama dengan mempertahankan homeositasis lingkungan
dengan penyesuaian dalam fisiologi tubuh bersama factor lingkungan sekitar
(makan, pakaian hangat), tingkat kedua berfokus bagaimana orang merespon ketika
sadar diri dari penyakit yang dialami, tingkat ketiga tercapai ketika pasien
mencari perawatan kesehatan.
B.
Konsep
Levine’s Conservation Model
Sebagai kerangka kerja praktek keperawatan Levine’s conservation
model mempunyai tujuan untuk mendorong proses adaptasi dalam mempertahankan
keutuhan (Wholeness) individu dengan mengunakan prinsip konservasi. Berdasarkan
hal tersebut Levine’s conservation model dapat dijelaskan mempunyai 3
komponen utama (Alligood, 2014), yaitu:
1. Wholeness
(Holism)
Sebuah
sistem terbuka yang menekankan pada suara organic, progresif dan hubungan
saling mempengaruhi antara fungsi yang
bervariasi. Suatu interaksi terbuka, dinamis dan berkelanjutan antara
lingkungan internal dan eksternal memberikan dasar pemikiran holistic, yaitu cara memandang individu
secara menyeluruh (Whole). Respon
organisme merupakan perilaku individu dalam upaya beradaptasi dengan
lingkungan, terdapat 4 jenis respon organisme, yaitu:
a) Respon
terhadap rasa takut
Sebuah
respon yang dirasakan seketika pada suatu hal yang nyata atau dibayangkan,
respon ini merupakan respon yang paling primitif dirasakan oleh individu.
b) Respon
inflamasi
Merupakan
respon dalam memberikan integritas structural dan stimulasi penyembuhan,
keduanya merupakan respon pertahanan diri terhadap stimulasi yang merugikan dan
inisiasi penyembuhan.
c) Respon
stress
Respon
yang berkembang dari waktu ke waktu dan dipengaruhi pengalaman stress yang
dihadapi oleh seseorang. Bila kondisi terjadi berkelanjutan akan menyebabkan
kerusakan sistem.
d) Respon
perseptual
Merupakan
respon terakhir yang meliputi individu mengumpulkan informasi dari lingkungan
dan mengubahnya ke pengalaman yang bermakna.
2. Adaptasi
Proses
individu mempertahankan integritas dalam menghadapi realitas lingkungan
internal dan eksternal, sedangkan konservasi adalah hasil dari proses adaptasi.
Levine’s conservation model terdapat 3 karakteristik,
yaitu:
a) Historisitas
Respon
adaptif sebagian manusia yang didasarkan pada genetic dan sejarah masa lalu.
Setiap manusia terdiri dari kombinasai genetic dan sejarah dan respon adaptif
merupakan hasil dari keduanya.
b) Kekhususan
Sistem
yang membentuk manuasia ketika memiliki respon terhadap stimulus yang unik,
misalnya ketika individu mendapat stimulus yang sama, tetapi setiap individu
melakukan adaptasi yang berbeda-beda.
c) Redundansi
Suatu
sistem yang gagal melakukan adaptasi maka sistem lain dapat mengambil alih dan
menyelesaikan adaptasi tersebut. Namun redundansi dapat merugikan, misalnya
ketika kondisi penyakit autoimun. Hilangnya pilihan redundansi selama kondisi
trauma, usia, penyakit atau kondisi lingkungan membuat individu sulit
mempertahankan hidup. Levine menduga adanya kemungkingan bahwa
penuaan merupakan konsekuensi gagalnya redundansi proses fisiologis dan
psikologis (Nugroho, 2016).
3. Konsep
Konservasi
Merupakan
sistem yang kompleks untuk melanjutkan fungsi bahkan ketika terjadi hambatan.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesehatan dan kekuatan dalam menghadapi
ketidakmampuan. Fokus utama dengan menjaga seluruh aspek dari manusia/individu
dengan keseimbangan antara suplai dan kebutuhan energy dalam realitas biologis.
Terdapat 4 prinsip konservasi, yaitu:
a) Konservasi
energy
Konservasi
bertujuan untuk menjaga keseimbangan energi tetap seimbang sehingga tidak
terjadi kelelahan yang berlebih, maka intervensi yang diberikan adalah dengan
istirahat, olahraga dan pemeliharaan gizi yang cukup.
b) Konservasi
integritas structural
Mempertahankan
atau mempertahankan struktur tubuh sehingga tidak menyebabkan gangguan fisik
dan meningkatkan proses penyembuhan. Intervensi yang dapat dilakukan adalah
membantu klien dalam ROM dan pemeliharaan kebersihan.
c) Konservasi
integritas personal
Bertujuan
untuk mengenali individu sebagai manusia yang mendapatkan pengakuan, rasa
hormat, kesadaran diri dan dapat menentukan nasibnya sendiri. Memberikan
perlindungan terhadap privasi individu merupakan salah satu intervensi yang
dilakukan.
d) Konservasi
ingetegritas social
Seorang
individu diakui sebagai anggota keluarga, anggota komunitas atau masyarakat,
kelompok keagamaan, kelompok etnis, dan sistem politik suatu bangsa. Makna
hidup meningkat sepanjang komunikasi sosial dan kesehatan dipertahankan.
Perawat sebagai profesi, berperan dalam membantu anggota keluarga, membantu
kebutuhan beribadah, dan menggunakan hubungan interpersonal untuk
mempertahankan integritas social.
C.
Proses
Keperawatan Levine’s Conservation Model
1. Pengkajian
Pengumpulan
data dari pengaruh lingkungan internal dan eksternal, mengamati respon,
memahami laporan medis, melakukan evaluasi diagnostic dan keluarga tentang
kebutuhannya. Melakukan pengkajian fisiologis dan patofisiologis dengan
lingkungan internal dan factor ditingkat persepsi, operasional dan konseptual
dari lingkungan eksternal, dengan prinsip konservasi yaitu konservasi energy,
structural, personal dan social.
2. Tropikognisis
Melakukan
penilaian asuhan keperawatan melalui proses ilmiah untuk melakukan pengamatan
dan memilih data yang relevan dalam menyusun pernyataan hipotesis tengang
keadaan pasien.
3. Hipotesis
Mengarahkan
intervensi dari asuhan keperawatan dengan tujuan menjaga keutuhan individu dan
mempromosikan adaptasi, disini perawat menyususn hipotesis tentang masalah
individu dan solusi yang menjadi asuhan keperawatan yang akan diberikan ke
individu.
4. Intervensi
Hipotesis
yang diarahkan dilakukan intervensi dengan prinsip-prinsip konservasi Levine’s conservation model dengan harapan menjaga
keutuhan individu dan mempromosikan tindakan adaptasi individu.
5. Evaluasi
Melakukan
pengamatan pasien setelah dilakukan intervensi yang dilakukan, hasil dari
pengujian hipotesis dievaluasi dari respon individu. Konsekuensi dari perawatan
terupetik atau mendukung, tindakan teraupetik dapat meningkatkan kesejahteraan,
langkah-langkah memberikan kenyamanan.
D. KASUS
Sarah Woods*, a 46-year-old woman with type 2
diabetes mellitus, arrives at the endocrinologist’s office for a routine visit.
She complains of fatigue, anxiety, and “a racing heart.” She states she has
felt particularly stressed since the recent death of her mother who had
Alzheimer’s disease. She denies having had any recent illness.
In additional to diabetes, Ms. Woods’ medical
history includes hypercholesterolemia, osteoporosis, and dermatomyositis (an
autoimmune disease). Her current medications are:
- atorvastatin 10 mg daily
- baby aspirin 81 mg daily
- hydroxychloroquine sulfate 200 mg daily
- methotrexate 15 mg subcutaneously weekly
- metformin 1000 mg twice a day
- insulin aspart (Novolog) before meals, 1 unit per 15 carbs
- insulin glargine (Lantus) 11 units at bedtime.
Physical assessment reveals a slightly enlarged
thyroid with no tenderness. Ms. Woods’ eyes are noticeably swollen, and her
skin is warm and moist. No tremor is observed. Her vital signs are
- blood pressure 162/58 mm Hg
- heart rate 120 beats per minute
- respirations 20 per minute
- temperature 99.5 F.
The endocrinologist orders several laboratory tests and schedules Ms.
Woods for a 24-hour radioactive iodine uptake test (RAIU) the next day. Results
include:
- random blood glucose: 319 mg/dL
- glycosylated hemoglobin (A1C): 6.9%
- thyroid-stimulating hormone (TSH): 0.2 mlU/L
- triiodothyronine (T3): 276ng/dL
- Free thyroxine (T4): 3ng/dL
- RAIU: increased uptake within the thyroid.
Based on Ms. Woods’ signs and symptoms and the results of diagnostic
tests, the endocrinologist confirms that she has Graves’ disease, a type of
hyperthyroidism. Ms. Woods is informed of her diagnosis and is started on
methimazole, an antithyroid medication. She is instructed to monitor for signs
of infection because she is also on methotrexate; both methotrexate and
methimazole can cause agranulocytosis.
Ms. Woods is placed on a cardiac monitor and oxygen, and an I.V. is
started. She is given propranolol to lower her heart rate and blood pressure
and acetaminophen to decrease her temperature. A loading dose of methimazole 30
mg is also given. Ms. Woods is stabilized and 3 days later she returns home on
oral methimazole (10 mg three times/day).,
Ms. Woods returns 2 weeks later to her endocrinologist’s office. She
states she feels much better and that she has been able to take her medication.
Her vital signs and TSH level are within normal limits. She has joined a grief
support group that she plans to attend weekly. The nurse reviews Ms. Woods
treatment plan with her.
E.
Aplikasi
Teori Levine’s Conservation Model dalam Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a) Lingkungan
internal
Ny.S
seorang wanita berusia 46 tahun mengeluh kelelahan, kecemasan dan
berdebar-debar. Pasien mempunyai riwayat diabetes mellitus tipe 2,
hiperkolesterolemia, osteoporosis dan dermatomiositis. Pemeriksaan tanda vital
diperoleh tekanan darah 162/58 mmHg, denyut nadi 120
kali/menit,
respirasi 20 kali/menit, suhu 99,5 F. Penilaian fisik mengungkapkan
tiroid sedikit diperbesar tanpa kelembutan dengan pemeriksaan laboratorium thyroid-stimulating hormone (TSH): 0,2 mlU/L, Triiodothyronine (T3):
276ng/dL, Free thyroxine (T4):
3NG/dL, dan RAIU: increased uptake within the thyroid. Mata terasa bengkak, dan kulitnya hangat dan
lembab.
b)
Lingkungan eksternal
Ny.S mengatakan dirinya merasa tertekan
sejak kematian ibunya yang menderita penyakit Alzeimer. Dan Ny.S membantah
memiliki penyakit baru.
c)
Fokus pada konservasi
1)
Konservasi energy
Ny.S mengeluh kelelahan dengan tekanan
darah 162/58mmHg dan respirasi 20 kali/menit, kulit hangat dan lembab dengan
suhu 99,5 F, denyut nadi
120 kali/menit.. Riwayat penyakit diabetes mellitus tipe 2 dengan pemeriksaan
gula darah acak 319mg/dl, pemeriksaan glycosylated hemoglobin (A1C):
6.9%, menggunakan insulin Novolog 1 unit/15
karbohidrat dan insulin Lantus 11 unit pada waktu tidur.
2)
Konservasi structural
Pemeriksaan fisik didapatkan data bahwa
tiroid sedikit membesar tanpa kelembutan, mata terasa bengkak, kulit hangat dan
lembab
3)
Konservasi personal
Ny.S mengatakan merasa tertekan setelah
kematian ibunya yang menderita Alzheimer, pasien membantah memiliki penyakit
baru.
4)
Konservasi social
Ny.S merupakan wanita berusia 46 tahun,
pasien melakukan visite rutin di bagian endokrinologi
2. Tropikognosis
Berdasarkan
hasil analisis fakta, beberapa keputusan diagnosis atau tropikognosis dalam
keperawatan dengan pendekatan NANDA terindentifikasi sebagai berikut:
a) Pola
nafas tidak efektif
b) Ansietas
c) Kurang
pengetahuan
3. Intervensi
Intervensi yang
diberikan kepada Ny.S berdasarkan Levine’s
Conservation Model adalah sebagai berikut (Herdman & Kamitsuru, 2015):
a)
Pola nafas tidak efektif
1)
Monitor tanda tanda vital
2)
Identifikasi pasien perlu adanya pemasangan alat bantu pernafasan
3)
Auskultasi suara nafas, dan catat suara tambahan
4)
Monitor respirasi dan status O2
5)
Memberikan posisi semi fowler
6)
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi oksigen
b)
Ansietas
1) Identifikasi
tingkat kecemasan
2)
Monitor tanda tanda vital
3) Bantu
pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
4) Intruksikan
pasien mengunakan teknik relaksasi
5)
Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian obat untuk mengurangi kecemasan
c)
Kurang pengetahuan
1) Identifikasi
tingkat pengetahuan tentang proses penyakit
2) Memberikan informasi dengan patofisiologi
penyakit
3) Memberikan
informasi tentang tanda gejala, penyebab dan proses penanganan dengan mudah
4) Diskusikan
bagi keluarga dalam merubah gaya hidup dan mencegah komplikasi dimasa depan dan
pengontrolan penyakit
4. Evaluasi
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, hasil dari pengujian hipotesis
dievalusi dengan menilai respon pasien: pada kasus Ny.S evaluasi respon yang
didapatkan yaitu:
a) Pola
nafas tidak efektif
b) Ansietas
c) Kurang
pengetahuan
F.
Kesimpulan
Aplikasi model konservasi Levine dalam praktik keperawatan sangat
bermanfaat karena mengidentifikasi aktivitas dalam setiap komponen keperawatan.
Aplikasi pada kasus Hipertiroid dengan penyakit grave sesuai untuk diterapkan.
Dalam proses asuhan keperawatan, model konservasi Levine memiliki lima tahap
standar asuhan, yaitu pengkajian, tropikognosis, hipotesis, intervensi, dan
evaluasi dari respon pasien terhadap intervensi yang dilakukan. Pendekatan
NANDA, NOC, dan NIC dapat digunakan dalam proses asuhan keperawatan dalam model
ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Abumaria, I. M., Hastings-Tolsma, M., & Sakraida,
T. J. (2015). Levine’s Conservation Model: A Framework for Advanced Gerontology
Nursing Practice. Nursing Forum, 50(3), 179–188.
https://doi.org/10.1111/nuf.12077
Alligood, M. R. (2014). Nursing Theorists and Their Work.
Elsevier Mosby (8th ed.). Elsevier.
https://doi.org/10.5172/conu.2007.24.1.106a
Diana, T. L., & Biyanti, W. D. (2015). Aplikasi Model
Konservasi Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus. Jurnal Keperawatan Dan
Kesehatan Masyarakat, 1(4). https://doi.org/2252-8865
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). Nursing
Diagnoses: Definitions and Classification 2015-2017. Oxford: Wiley
Blackwell.
Kurniawan, D. E., Kristianto, H., & Suharsono, T. (2015).
Aplikasi Model Konservasi Levine Dalam Asuhan Keperawatan Pasien Selulitis. In Strategi
Pengembangan Profesionalisme Perawat Melalui Peningkatan Kualitas Pendidikan
dan Publikasi Ilmiah (pp. 40–48). https://doi.org/2579-7719
Mariyam, Rustina, Y., & Waluyanti, fajar T. (2013). Aplikasi Teori Konservasi
Levine Pada Anak Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Di Ruang
Perawatan Anak. Jurnal Keperawatan Anak, 1(2), 104–112.
Nugroho, S. T. R. I. (2016). Pengaruh Intervensi Teknik
Relaksasi Lima Jari Terhadap Fatigue Klien Ca Mammae di RS Tugurejo, Semarang.
Magister Keperawatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar